Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) Google, Facebook, dan Apple melirik aliran pendapatan baru, yang pengembangannya cepat. Salah satu sektor yang diincar yakni keuangan.
Transaksi Sebagian layanan Facebook memang meningkat selama pandemi corona. Layanan panggilan video baik di Messenger maupun WhatsApp meningkat lebih dari dua kali lipat. Peningkatan ini bahkan belum pernah terjadi sebelumnya.
Begitu juga dengan Google. Namun, “kemungkinan besar mereka akan diperas oleh regulator AS dan Eropa (ketika pandemi virus corona berakhir),” demikian dikutip dari Forbes, akhir pekan lalu (19/4).
Sedangkan Apple memang terbantu oleh penjualan iPhone. Namun, pengiriman ponsel pintar (smartphone) ini melambat karena persaingan dan peningkatan anggaran, juga pandemi Covid-19.
(Baca: Apple Luncurkan Aneka Layanan Baru: Kartu Kredit, Gim, TV, dan Berita)
Karena itu, mereka mulai merambah pasar keuangan. Apple misalnya, mengumumkan empat layanan anyar pada Maret tahun lalu yakni televisi (TV), berita berlangganan, kartu kredit, dan paket gim (bundling game).
Kini, giliran Google yang mengembangkan kartu debit pintar (smart debit card) yang bakal menjadi pesaing Apple Card. Google bekerja sama dengan beberapa bank seperti CITI dan Stanford Federal Credit Union.
Berdasarkan laporan TechCrunch, kartu debit Google akan bisa digunakan untuk membeli dan mencatat pembelian. Kartu ini juga akan terintegrasi dengan sistem Google Pay.
Konsep layanan pembayaran tersebut berbeda dengan teknologi finansial (fintech) yang ada selama ini, karena kartu debitnya bersifat fisik. Sedangkan kartu debit Google dirancang dalam dua bentuk yakni fisik dan digital ketuk-bayar (tap-to-pay) untuk smartphone.
Layanan pembayaran itu juga kabarnya memungkinkan pelanggan melacak transaksi. Pengguna juga bisa menggunakan Google Maps untuk melacak toko yang sempat dikunjungi.
(Baca: Transaksi Amazon, Facebook dan Microsoft Melonjak saat Pandemi Corona)
Di Indonesia, Facebook mulai mendekati fintech pembayaran seperti GoPay dan OVO lagi untuk menghadirkan WhatsApp Pay di Indonesia. Pembicaraan kabarnya sudah dilakukan sejak tahun lalu. Namun, perusahaan teknologi asal AS ini harus mengajukan izin ke Bank Indonesia (BI) terlebih dulu.
Sebelumnya, Facebook juga mengembangkan mata uang digital (cryptocurrency) yang disebut Facebook Libra. Namun, sumber The Information mengatakan bahwa perusahaan akan mengubah beberapa rencana terkait proyek ini, guna mengikuti regulasi dari bank sentral di banyak negara.
Facebook disebut-sebut akan menawarkan uang digital yang disokong mata uang resmi seperti dolar AS dan euro. Layanan ini akan diluncurkan bersamaan dengan dompet digitalnya, yakni Calibra.
Namun Facebook masih akan mengembangkan Libra. (Baca: Facebook Dekati Lagi GoPay dan OVO untuk Hadirkan WhatsApp Pay di RI)