Perusahaan penyedia layanan on-demand Gojek dan Grab dikabarkan semakin dekat untuk merger. Jika ini terwujud, valuasi keduanya diperkirakan mencapai US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.017 triliun pada 2025.
Sedangkan pendapatan tahunan gabungan keduanya diprediksi US$ 16,7 miliar atau sekitar Rp 236,1 triliun. Berdasarkan data CB Insights, valuasi Grab sekitar US$ 14 miliar dan Gojek US$ 10 miliar saat ini.
Namun Gojek enggan berkomentar mengenai kabar pembahasan merger tersebut. “Kami tidak dapat menanggapi rumor yang beredar di pasar,” kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita kepada Katadata.co.id, Kamis (3/12).
Begitu juga dengan Grab. “Kami tidak berkomentar mengenai spekulasi yang beredar di pasar,” ujar juru bicara Grab.
Nila menyampaikan bahwa fundamental bisnis Gojek semakin kuat, termasuk saat pandemi corona. Layanan inti sudah mencetak margin kontribusi positif pada 2020. Transaksi brutonya atau gross transaction value (GTV) tumbuh 10 % menjadi US$ 12 miliar atau Rp 170 triliun sejak awal tahun. Sementara transaksi GoPay meningkat 2,7 kali secara tahunan per Oktober.
“Kami terus memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna dan mitra,” kata Nila.
Sedangkan Grab mencatat penghasilannya mencapai 95 % dari tingkat sebelum ada pagebluk virus corona. Decacorn asal Singapura ini mengklaim sudah berada di jalur yang tepat untuk meraup untung.
Grab | Gojek | |
Cakupan | 8 negara | 4 negara |
Mitra pengemudi | 9 juta (keseluruhan) | 2 juta |
Mitra penjual | 900 ribu | |
Jumlah unduhan | 205 juta kali | 190 juta kali |
Pengguna aktif bulanan | - | 38 juta |
Valuasi | US$ 14 miliar | US$ 10 miliar |
Sumber: Gojek, Grab, CB Insights
Kendati keduanya enggan berkomentar mengenai kabar segera merger, sumber Bloomberg mengungkapkan bahwa Gojek dan Grab sudah mempersempit perbedaan pendapat. "Detail akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di setiap perusahaan," kata sumber yang mengetahui rencana itu seperti dikutip Bloomberg, Rabu (2/11).
Salah satu poin yang disepakati yakni membentuk perusahaan gabungan, yang akan berfokus melantai di bursa saham dan menjadi raksasa teknologi di Asia Tenggara. CEO Grab Anthony Tan disebut-sebut akan memimpin entitas bisnis ini.
Jika merger itu terwujud dan sesuai dengan perhitungan Tech In Asia, status perusahaan gabungan Gojek dan Grab mendekati hectocorn atau valuasi US$ 100 miliar lebih.
Itu artinya, valuasi gabungan kedua decacorn mendekati pengembang media sosial TikTok, ByteDance, dan perusahaan berbagi tumpangan (ride hailing) di Tiongkok, Didi Chuxing.
Poin lain yang disepakati yakni merek Gojek dan Grab dikabarkan dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama. Ini karena pembahasan seputar apakah keduanya akan menggabungkan semua operasi atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia memakan waktu beberapa bulan.
Anthony Tan disebut-sebut memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar. "Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab," demikian kata salah satu sumber Bloomberg, Oktober lalu (16/10). Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Lamanya pembahasan terkait operasional itu mengingat luasnya cakupan bisnis Gojek dan Grab. Ini terlihat pada Tabel berikut:
Layanan | Gojek | Grab |
Transportasi | o GoRideo GoCaro GoBlueBirdo Investasi di Pathao, Bangladesh | o GrabBikeo GrabCaro GrabTaxio Sewao Wheels |
Pesan-antar makanan | GoFood | GrabFood |
Cloud Kitchen | o Dapur Bersamao Investasi di startup cloud kitchen India, Rebel Foods | GrabKitchen |
Kebutuhan sehari-hari | o GoShopo GoMarto GoMallo Investasi di Mall91, India lewat GoVentures | o GrabMarto GrabFresh (dengan HappyFresh di Indonesia)o GrabSupermarket (Malaysia) |
Pengiriman barang | o GoSendo GoBox | o GrabExpress Bikeo GrabExpress Caro Investasi di Ninja Van, Singapura |
Keuangan | o GoSure (asuransi)o GoInvest (investasi)o Paylatero Akuisisi Coins.ph di Filipina | Lini khusus: Grab Financial (asuransi, investasi, pinjaman, dan lainnya), juga mengajukan lisensi bank digital di Singapura |
Pembayaran | o GoPayo GoBillso GoPulsao GoGive | GrabPay (selain Indonesia)Investasi di Indonesia:o OVOo LinkAja |
Iklan | GoScreen | o GrabAdso Investasi di StickEarn |
Layanan UMKM | o GoBizo GoTokoo Akuisisi Moka | o GrabMerchanto GrabKioso Akuisisi Kudo |
Kesehatan | GoMed (dengan Halodoc) | GrabHealth (dengan Good Doctor) |
Unit investasi | GoVentures | Grab Ventures |
Program akselerasi | Xcelerate | Grab Venture Velocity |
Lainnya | o GoTixo GoServiceso GoPlayo GoGameso Investasi di Mobile Premier League, Indiao GoFitness | o Pemesanan hotel (Grab investasi di OYO)o Pemesanan tiket perjalanan |
Sumber: Gojek, Grab, CB Insights
Pemegang saham Gojek pun mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber Bloomberg.
Sedangkan yang masih dibicarakan yakni pembagian saham. DealStreetAsia melaporkan bahwa Grab menawarkan 30% saham kepada Gojek.
Namun, decacorn Indonesia itu menginginkan lebih. Sumber Tech In Asia mengatakan, Gojek menginginkan 50% saham.
Pesaing Gojek dan Grab
Selain dari sisi saham, penggabungan Gojek dan Grab menghadapi tantangan dari sisi regulasi. Pada Maret lalu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan akan menolak merger keduanya jika menguasai pangsa pasar yang dominan.
Pertimbangan itu mengacu pada pasal 28 Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
Oleh karena itu, KPPU akan menilai ukuran konsentrasi pasar dari kedua perusahaan yang berencana merger atau akuisisi. Penilaiannya berdasarkan Herfindahl-Hirschman Index (HHI). "Tentunya akan dilihat nilai pasca-terjadi merger atau akuisisi," ujar Komisioner KPPU Guntur Syahputra kepada Katadata.co.id, Maret lalu (11/3).
Saat mengakuisisi operasional Uber pada 2018 lalu, Grab pun didenda oleh otoritas Singapura dan Filipina.
Sebagian konsumen khawatir, penggabungan keduanya akan mengurangi promosi. Akan tetapi, investor Grab yakni SoftBank dikabarkan mendorong keduanya merger untuk dapat bersaing dengan induk Shopee, Sea Group.
Perusahaan asal Singapura sudah merambah layanan pembayaran melalui ShopeePay. Di Vietnam, induk Shopee juga berinvestasi di startup pesan-antar makanan, Now.
Sedangkan ShopeePay gencar memberikan promosi selama pandemi Covid-19. Yang terbaru, anak usaha Sea Group ini menyiapkan 12 miliar voucer di Indonesia dalam rangka 12.12.
Untuk bisnis berbagi tumpangan, pesaing Gojek dan Grab yakni Anterin, Bonceng, hingga Maxim. “Tidak masalah keduanya gabung, kalau promosi dan sistem kemitraannya sama,” kata mitra GoCar, Jewelri kepada Katadata, Jumat (4/12).
Sedangkan mitra GoCar lainnya, Sugeng keberatan dengan kabar merger tersebut. “Dari sistem kemitraan Gojek dan Grab beda. Sekarang mitra sudah berlebihan, saya khawatir ada pemutusan kerja sama secara sepihak,” katanya.
Pesaing Gojek dan Grab di wilayah lainnya di regional dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Indonesia | Anterin, Bonceng, Maxim, Cyberjek, Klik Go, Buroq, BeU Jek |
Filipina | MiCab, Hirna, Hype, Owto, GoLag, ePickMeup |
Vietnam | FastGo, Vato, Taxigo, T.net, Xelo |
Singapura | Filo Technologies, Ryde, Jugnoo, Tada, Kardi, Urge |
Thailand | Mycar, JomRides, MULA, Dacsee, Riding Pink, DIFF |
Sumber: Kr Asia
Berdasarkan studi ABI Research, perusahaan ride-hailing menyediakan 24 miliar perjalanan secara global pada 2018, sebagian besar berasal dari Asia. Di Asia Tenggara, transaksi sektor ini mencapai US $ 7,7 miliar tahun lalu.
Selain itu, dalam laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy 2020’ nilai transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) layanan berbagi tumpangan dan pesan-antar makanan diperkirakan US$ 11 miliar pada tahun ini. Nilainya diramal US$ 42 miliar pada 2025.