Ekonomi Digital RI Capai Rp 619 T: E-Commerce, Fintech & Media Melaju

Desy Setyowati
11 November 2020, 06:30
Riset Google: Nilai Ekonomi Digital Indonesia 2020 Diramal Rp 619 T
ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Ilustrasi, karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020).

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2020 memperkirakan, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara mencapai US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun ini. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.

Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 11% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy), sementara Vietnam 16%. “Pertumbuhannya masih double digits,” demikian dikutip dari laporan tersebut, yang dirilis Selasa (10/11).

Advertisement

Pertumbuhan di Malaysia, Filipina, dan Thailand sekitar 6-7%. Sedangkan Singapura turun 24% menjadi US$ 9 miliar tahun ini, terutama karena sektor pariwisata atau online travel.

Perkiraan GMV ekonomi digital per sektor di Asia Tenggara
Perkiraan GMV ekonomi digital per sektor di Asia Tenggara (Google, Temasek, Bain and Company)

Pada 2025, nilai ekonomi digital di regional diprediksi tumbuh 24% menjadi US$ 309 miliar. Sedangkan Indonesia diramal meningkat 23% menjadi US$ 124 miliar. Angka ini menurun dibandingkan proyeksi 2019 yang mencapai US$ 133 miliar.

Proyeksi nilai ekonomi tersebut berdasarkan transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride-hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.

Di Asia Tenggara, GMV e-commerce diprediksi melonjak 63% yoy menjadi US$ 62 miliar pada tahun ini dan naik 23% menjadi US$ 172 miliar pada 2025. Nilai transaksi online media diproyeksikan tumbuh 22% menjadi US$ 17 miliar tahun ini.

“Lebih dari sepertiga transaksi di e-commerce berasal dari konsumen baru. Delapan dari 10 dari mereka berniat untuk terus berbelanja online (pasca-pandemi corona),” demikian dikutip dari laporan tersebut.

Nilai transaksi sektor transportasi dan pesan-antar makanan diramal tumbuh negatif 11% menjadi US$ 11 miliar. “Mobilitas di perkotaan memang turun hingga 80% di Asia Tenggara saat karantina wilayah (lockdown),” demikian dikutip. Namun, “permintaan pesan-antar makanan meningkat.”

Sedangkan nilai transaksi online travel yang diprediksi anjlok 58% menjadi US$ 14 miliar tahun ini. Meski begitu, “enam hingga tujuh dari 10 konsumen tidak sabar ingin bepergian,” demikian dikutip. Di Indonesia, berwisata di daerah terdekat atau staycations meningkat empat kali lipat pada Juli-Agustus dibandingkan bulan sebelumnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement