Riset: Konsumen Perdesaan Akan Dongkrak Ekonomi Digital RI pada 2025

Donang Wahyu|KATADATA
Petani mencoba koneksi internet menggunakan wifi di tengah persawahan di desa Melung, kecamatan Kedung Banteng, Banyumas, Jawa Tengah.
Penulis: Desy Setyowati
31/3/2021, 18.44 WIB

Riset Alpha JWC Ventures dan Kearney menunjukkan, ekonomi digital Indonesia akan ditopang oleh konsumen di kota tingkat (tier) dua dan tiga atau perdesaan dalam lima tahun ke depan. Sektor yang akan terdongkrak yakni e-commerce, pembayaran digital, pinjaman online, kesehatan, pendidikan, dan berbagi tumpangan (ride hailing).

Perkiraan itu merujuk pada riset bertajuk ‘Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia’. Ini berdasarkan survei terhadap 2.100 lebih konsumen akhir dan 1.100 retailer di 23 kota. Selain itu, wawancara dengan stakeholder di industri di 13 kota tier dua dan tiga.

Riset itu menunjukkan, lebih dari 83% konsumen di kota tier dua dan tiga merupakan laggards. Alpha JWC Ventures dan Kearney mengklasifikan laggards sebagai masyarakat yang berhati-hati dalam menggunakan teknologi maupun layanan berbasis digital.

Akan tetapi, “setelah lima tahun, konsumen di tier dua dan tiga akan lebih mengenal dan nyaman terhadap aktivitas digital,” kata President Director dan Partner di Kearney Shirley Santoso saat konferensi pers virtual, Rabu (31/3).

Setidaknya ada dua faktor pendorong. Pertama, pandemi corona memaksa banyak orang untuk menggunakan layanan digital.

Kedua, pemerintah mendorong digitalisasi di kota tier dua dan tiga. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun menargetkan bisa membangun menara atau base transceiver station (BTS) jaringan internet generasi keempat alias 4G di 4.200 desa dan kelurahan tahun ini.

Kontribusi kota tier dua dan tiga terhadap produk domestik bruto (PDB) juga diproduksi meningkat dari 46% tahun lalu menjadi 49-51% pada 2025. Ekonomi digital di wilayah ini diprediksi tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Alpha JWC Ventures dan Kearney memperkirakan, startup di enam sektor yakni e-commerce, pembayaran digital, pinjaman online, kesehatan, pendidikan, dan berbagi tumpangan terdongkrak, seiring masifnya adopsi layanan di kota tier dua dan tiga dalam lima tahun ke depan.

Prediksi porsi konsumen di kota tier dua dan tiga terhadap keenam sektor digital itu pada 2020 dan 2025 dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Prediksi porsi konsumen di kota tier dua dan tiga terhadap keenam sektor digital pada 2020 dan 2025 (Alpha JWC Ventures dan Kearney)

Sedangkan proyeksi nilai transaksi atau GMV dari konsumen di kota tier dua dan tiga terhadap sektor-sektor tersebut, dapat dilihat pada Bagan berikut:

Proyeksi nilai transaksi dari konsumen di kota tier 2 dan 3 Indonesia terhadap sektor e-commerce, fintech lending, dan kesehatan pada 2020 dan 2025 (Alpha JWC Ventures dan Kearney) Catatan: Angka di bawah: total pasar di Indonesia, tengah: GMV atau penyaluran pinjaman, atas: pertumbuhan tahunan majemuk alias CAGR.

Ride hailing ke depan moderat. Ini mengingat pesan-antar makanan dan berbagi tumpangan tidak akan sekuat di kota-kota besar,” kata Principal Kearney Rinaldo Augusta.

Layanan pembayaran digital termasuk yang masif diadopsi masyarakat Indonesia. Namun, uang tunai masih akan tetap digunakan.

“Penetrasi (pembayaran digital) meningkat pesat. Tapi, untuk 100%, butuh waktu lebih panjang,” kata dia.

Apalagi, akselerasi layanan digital di perdesaan tergantung pada beberapa hal seperti infrastruktur, regulasi, akses ke modal, talenta digital, dan edukasi pasar.