Gabung GrabKios, Siasat UMKM dan Ojol Perbatasan Dongkrak Pendapatan

instagram/@grabkios.id
Ilustrasi GrabKios
11/6/2021, 18.09 WIB

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan pengemudi ojek online di perbatasan seperti Kalimantan Utara menggunakan beberapa platform digital untuk mendongkrak penghasilan. Salah satunya lewat layanan digitalisasi warung, GrabKios.

Penjual baju di pasar malam, Hendra misalnya, bergabung dengan GrabKios sejak 2018. Ini memungkinkan Hendra menawarkan produk digital seperti transfer uang, pembayaran listrik, tagihan, asuransi, isi pulsa hingga tabungan emas.

Hendra berjualan baju sejak 2004. Ia menjual pakaian mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 60 ribu.

Saat itu, ia berkeliling kota, bahkan pulau, mengikuti rombongan pasar malam untuk menjajakan pakaian. Biasanya, rombongan menetap seminggu di satu tempat.

Berdasarkan pengalamannya berkeliling, ia memahami bahwa masyarakat kesulitan mengakses layanan keuangan, seperti transfer uang. “Mereka harus melewati gunung untuk ke kota, supaya bisa mengakses ATM atau layanan bank,” kata Hendra di Tarakan, Kalimantan Utara, Jumat (11/6).

Oleh karena itu, ia bergabung dengan GrabKios. "Awalnya hanya antar-teman yang butuh transfer uang atau beli pulsa," katanya.

Namun ternyata banyak masyarakat yang membutuhkan jasanya. Ia pun membuat tenda dan memasang banner GrabKios untuk menawarkan layanan.

Saat ini, ia bisa mendapatkan pelanggan hingga 30 orang per hari. Nilai transaksi rata-rata Rp 1 juta per orang.

Setiap transaksi hingga Rp 1 juta, ia mematok tarif Rp 10 ribu. Alhasil, penghasilan harian dari menjadi mitra GrabKios bisa mencapai Rp 300 ribu.

"Itu lumayan menambah penghasilan. Bisa saya lakukan sembari bekerja. Hanya perlu menggunakan aplikasi GrabKios," ujarnya.

Di wilayah perbatasan itu, layanan yang paling diminati yakni transfer uang dan pembelian pulsa. Selain itu, Hendra melayani pembayaran tagihan listrik.

Ada juga mitra pengemudi ojek online asal Kota Tarakan, Yusuf Rio yang bergabung GrabKios tahun lalu. Awalnya, ia hanya menjadi mitra pengemudi Grab sejak 2019.

Ia bergabung karena penghasilan dari ojek online melorot imbas pandemi corona, pada tahun lalu. "Selama sebulan ditutup. Tidak bisa membawa penumpang," kata Yusuf.

Kini, dalam sehari ia bisa mendapatkan pelanggan GrabKios hingga 10 orang. Paling banyak memesan isi saldo untuk pengemudi ojek online, dengan rata-rata transaksi Rp 100 ribu.

"Lumayan, bisa menambah (anggaran untuk) bensin," katanya. Ia pun masih menjadi mitra ojek online, dan mulai bekerja sejak Pukul 06.00 WITA hingga sore hari, dengan rata-rata 10 penumpang.

Pengemudi ojek online lainnya Adi Susanto juga bergabung GrabKios, dan bisa mendapatkan 20 transaksi per hari. "Lewat penghasilan tambahan, saya bisa membiayai anak kuliah di Surabaya (Universitas Airlangga)," ujarnya.

Grab membuat layanan GrabKios sejak 2019, setelah mengakusisi startup penyedia layanan jual-beli berbasis digital atau online to offline (O2O), Kudo. Decacorn asal Singapura ini memiliki lebih dari dua juta mitra GrabKios dan tersedia di 500 kota di Indonesia.

Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, Grab mengandalkan layanan GrabKios untuk menyasar pasar di wilayah Indonesia Tengah dan Timur seperti Kalimantan Utara. "Ini karena penyebaran geografis, perbedaan budaya dan demografis di berbagai kota. Aaen GrabKios bisa mendorong adopsi layanan digital dan keuangan," katanya dikutip dari KrAsia, Mei lalu (4/5).

Grab juga mencari lebih banyak UMKM berskala mikro atau warung untuk menggunakan GrabKios. Di sisi lain, pasar GrabKios juga dianggap potensial karena menyasar pasar yang inklusi keuangannya rendah.

Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks inklusi keuangan Indonesia hanya 76,19%. Pemerintah menargetkan inklusi keuangan 90% pada 2024.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan