Riset dari perusahaan analisis pemasaran, AppsFlyer menunjukkan bahwa aktivitas wisata diprediksi meningkat tahun ini. Oleh karena itu, Mahitala Bramanta Digital meluncurkan aplikasi perencana perjalanan, Kemanayo pada Januari.
Direktur Kemanayo Rizal Azhar mengatakan, aplikasi itu menawarkan perjalanan wisata secara personal. Pengguna dapat memilih rencana perjalan (itinerary) yang tersedia tematik di platform.
Perusahaan menyediakan tema rencana perjalanan Jakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Jayapura hingga Bali.
Kemanayo menggandeng kontributor perjalanan (travel contributor) seperti travel enthusiast, pemandu wisata (tour guide), Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), hingga masyarakat lokal di setiap destinasi wisata.
Pengguna bisa membeli rencana perjalanan yang ditawarkan oleh kontributor. Sedangkan Kemanayo memberikan 50% dari nilai transaksi kepada kontributor.
Rizal mengklaim, Kemanayo menambah penghasilan bagi pemandu wisata dan UMKM secara langsung. “Ketika mereka memberikan rencana perjalanan, ada transaksi dan bagi hasil," kata Rizal saat konferensi pers virtual, Selasa (15/6).
Aplikasi itu juga menawarkan layanan informasi wisata rekomendasi dan agregator produk agen perjalanan, restoran, transportasi hingga akomodasi.
Rizal mengatakan, jumlah pengguna melonjak dua kali lipat per bulan sejak dirilis Januari lalu. "Mereka mencari informasi perjalanan dan mengurasinya. Gaya (berwisata) sudah tidak seperti dulu," ujar Rizal.
Oleh karena itu, perusahaan meluncurkan aplikasi Kemanayo saat pandemi Covid-19 karena potensinya dinilai cukup besar. "Banyak orang yang mulai merencanakan perjalanan meski ada virus corona. Mereka sudah memikirkan tempat apa yang akan dikunjungan dan temanya," ujarnya.
Koordinator Tata Kelola Ekonomi Digital II Kemenparekraf Muhamad Tidar Hetsaputra mengatakan, pandemi corona menciptakan tren baru di bisnis perjalanan. "Konsumen semakin sedikit, tapi mereka terencana dan menghabiskan uang semakin banyak," katanya.
Oleh karena itu, kementerian berkolaborasi dengan platform digital dalam membuat paket wisata untuk mendongkrak transaksi.
Sebelumnya, riset AppsFlyer menunjukkan bahwa aplikasi layanan wisata terkena dampak pandemi corona. Namun, startup di sektor ini diramal pulih tahun ini.
AppsFlyer mencatat, jumlah unduh non-organik atau NOI kategori aplikasi travel rerata menurun 60% secara tahunan (year on year/yoy) tahun lalu. Penghapusan (uninstall) aplikasi wisata melonjak 60% pada 2020.
Namun, layanan wisata diprediksi bangkit tahun ini. “Kemungkinan rebound. Dia akan balik ke titik tertinggi terkait NOI," kata Senior Success Customer Manager AppsFlyer SEA Luthfi Anshari, April lalu (7/4).
Alasannya, minat masyarakat untuk bepergian meningkat. "Orang sudah mau bepergian meski harus tes risiko Covid-19,” kata dia.