Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) UangTeman dan di bidang furnitur Fabelio kesulitan membayar gaji karyawan. Berkaca dari kasus ini, investor dari kalangan modal ventura menyarankan agar perusahaan rintisan tak berhenti berinovasi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, tren kesulitan keuangan hingga menunda gaji karyawan bisa saja terjadi tahun depan. "Sebab, startup memang harus hidup," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (28/12).
Namun, ia menyarankan empat hal agar terhindar dari risiko kesulitan keuangan.
1. Mencoba untuk merambah layanan potensial
"Ini berlaku ke industri secara umum. Lihat, satu bisnis model ini apakah sustainable atau tidak?" katanya.
Ia menilai bahwa layanan fintech lending yang menyasar sektor konsumtif seperti UangTeman sulit berkembang selama pandemi corona. Selain itu, saat ini investor cenderung tertarik berinvestasi pada startup fintech lending produktif.
Ia menekankan bahwa startup harus mendiversifikasi bisnis. “Misalnya, dari layanan lending konsumtif ke produktif. Atau dari yang awalnya menyasar kota besar ke kota tier 2 dan tier 3," katanya.
2. Gencar berinovasi
Eddi menyampaikan, perusahaan rintisan memang idealnya harus terus berinovasi dan fleksibel. “Misalnya, ada layanan paylater, penangguhan pembayaran, promo tertentu, atau mengurangi stok yang dijual," katanya.
3. Menyiasati skema pendanaan
"Startup harus memastikan apakah ronde pendanaan sudah disiasati, seperti dengan down round," ujarnya. Down round merupakan kondisi perusahaan rintisan menerima investasi lebih rendah dibanding tahap pendanaan sebelumnya.
4. Efisiensi anggaran
"Harus menjaga working capital juga," katanya. Ia mencontohkan, startup mesti bisa memangkas biaya yang tidak penting selama pandemi Covid-19.
Sebelumnya, UangTeman disebut belum membayarkan gaji dan pajak penghasilan (PPh) karyawan sejak akhir tahun lalu. Mantan pegawai menyampaikan, UangTeman memberikan bukti potong pajak kepada karyawan.
Namun, ia justru disebut kurang bayar saat akan melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak. “Ternyata selama 2020, bukti potong pajak diberikan kepada karyawan, tetapi belum dibayarkan,” kata dia kepada Katadata.co.id.
Selain itu, sepengetahuannya UangTeman belum membayarkan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan. Padahal, biaya ini wajib dibayarkan oleh perusahaan/lembaga pemberi kerja dan karyawan yang menjadi peserta.
Ia mengatakan, jumlah pegawai UangTeman berkurang dari 199 menjadi sekitar 40 orang saat ini. Perusahaan berjanji untuk memenuhi kewajiban pada November. Namun, gaji belum juga dibayarkan hingga saat ini.
Fabelio juga disebut-sebut belum membayarkan gaji karyawan sejak September. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi pada bulan lalu.
Petisi di Change.org itu telah mengumpulkan 3.684 tanda tangan per hari ini (29/12). Pembuat menargetkan 5.000 tanda tangan.
“Saya sudah lama bekerja di Fabelio di level 5. Terakhir saya mendapatkan gaji pada September. Itu pun hanya 75%,” demikian dikutip dari laman Change.org atas nama karyawan Fabelio.
Ia menyampaikan, gaji karyawan level 5 sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 7 juta per bulan. “Kami ingin menuntut hak kami. Kami ragu bisa melakukan audiensi dengan Fabelio secara langsung, mengingat level karyawan saya ada di level 5,” katanya.
Oleh karena itu, ia membuat petisi untuk meminta Fabelio membayarkan gaji karyawan dan vendor.
Pada fitur komentar, pengguna lain menambahkan bahwa Fabelio juga belum membayarkan sebagian tunjangan hari raya (THR) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan.