Riset: Warga RI Masih Lebih Percaya Medsos Ketimbang Situs Pemerintah

Katadata
Ilustrasi media sosial
20/1/2022, 13.25 WIB

Survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mempercayai media sosial (medsos) sebagai sumber informasi dibandingkan situs pemerintahan pada 2021. Data ini masih sama seperti 2020.

Riset berdasarkan survei terhadap 10 ribu responden, yang dilakukan selama 4 - 24 Oktober 2021. Responden merupakan anggota rumah tangga berusia 13 - 70 tahun dan mengakses internet tiga bulan terakhir. Tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 0,98%.

Sebanyak 73% responden mengatakan, media sosial merupakan sumber yang biasanya diandalkan untuk mendapatkan informasi. Disusul televisi (59,7%), berita online (26,7%), dan situs resmi pemerintahan (13,9%).

“Media sosial paling banyak diakses oleh masyarakat karena informasi yang dihasilkan juga lebih banyak,” demikian isi laporan, dikutip Kamis (20/1).

Meski begitu, televisi menjadi sumber media yang paling dipercaya masyarakat Indonesia, yakni 47%. Kemudian media sosial (22,4%) dan situs pemerintah (17,9%). Hanya 8% responden yang percaya berita online.

Temuan itu juga menunjukkan bahwa literasi digital Indonesia meningkat tipis 0,02 poin dari 3,47 pada 2020 menjadi 3.49 tahun lalu.

“Pemahaman orang terhadap informasi sensitif membaik. Semakin sedikit orang membeberkan tanggal lahirnya. Tapi semakin banyak yang mempublikasikan nomor ponsel," kata Panel Ahli KIC Mulya Amri dalam acara Peluncuran Survei Literasi Digital 2021, Kamis (20/1).

KIC dan Kominfo juga mencatat, media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia adalah WhatsApp, 95,9%. Disusul Facebook (80,4%), YouTube (72,2%),  dan Instagram (46,4%).

Tahun lalu, pertumbuhan penggunaan TikTok juga cukup pesat. Ada 29,8% responden menggunakan platform video pendek ini atau meningkat dari 2020 16,7%.

Media sosial untuk mencari informasi (KIC dan Kominfo)

Tingginya penggunaan media sosial di Indonesia juga seiring banyaknya temuan berita bohong atau hoaks. Hampir separuh responden atau 45,5% ragu dalam mengidentifikasi kebenaran suatu informasi. 

Hampir 12% responden mengatakan pernah menyebarkan berita bohong. Kebanyakan dari mereka menyebarkan hoaks karena lalai atau tidak berpikir secara matang.

Sedangkan konten hoaks yang paling banyak yakni terkait politik, kesehatan, dan agama. Mulya mengatakan, penyebaran konten hoaks politik meningkat dari 67,2% pada 2020 menjadi 69,3% tahun lalu. 

Meski begitu, masyarakat Indonesia kini semakin bijak dalam menyikapi informasi yang tidak jelas di ruang digital. "Ketika dapat informasi kurang yakin, mereka cek ke internet," katanya.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menambahkan, kementerian membuat program literasi digital. "Membekali masyarakat pengetahuan dan teknologi baru," katanya.

Tahun lalu, Kementerian Kominfo menargetkan 12,5 juta masyarakat mendapatkan literasi digital secara baik.

Selain itu, sebanyak 100 ribu peserta bisa mendapatkan pelatihan kemampuan digital menengah melalui program Digital Talent Scholarship. Materinya berupa pengetahuan big data, kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), augmented reality, dan virtual reality.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan