Valuasi induk Shopee, Sea Group turun US$ 150 miliar atau sekitar Rp 2.149 triliun sejak akhir 2021. Namun Chief Executive Officer Forrest Li mengatakan bahwa ini hanya ‘rasa sakit’ jangka pendek.
“Penurunan ini menyakitkan, dan Anda mungkin merasa frustrasi, berkecil hati, atau khawatir tentang masa depan Sea,” tulis Li dalam memo untuk pegawai yang dikirim melalui email, dikutip dari Bloomberg, Senin (14/3).
“Jangan takut. Kami berada dalam posisi yang kuat secara internal, dan jelas pada langkah selanjutnya. Ini adalah rasa sakit jangka pendek yang harus kita tanggung untuk benar-benar memaksimalkan potensi jangka panjang kita,” tambah pria berusia 44 tahun itu.
Li mengirimkan memo berisi sekitar 900 kata itu kepada pegawai, setelah menyampaikan laporan keuangan Sea Group 2021 dua pekan lalu.
Induk Shopee mencatatkan peningkatan pendapatan 127,5% secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 4,4 miliar pada 2020 menjadi hampir US$ 10 miliar (Rp 143,9 triliun) tahun lalu. Namun kerugiannya membengkak.
Rugi bersih Sea Group naik 17,9% yoy dari US$ 1,3 miliar pada 2020 menjadi US$ 1,5 miliar (Rp 21,6 triliun) tahun lalu. Sedangkan laba kotor naik 188,8% menjadi US$ 3,9 miliar.
Total laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan negatif US$ 593,6 juta atau membengkak dibandingkan 2020 US$ 107 juta.
Salah satu penyebabnya yakni pemerintah India melarang game Garena, yakni Free Fire.
Bloomberg mencatat, investor melakukan aksi ambil untung atas saham Sea Group sejak November tahun lalu. Aksi jual meningkat pada Januari ketika pendukung terbesar yaitu Tencent Holdings Ltd. mengumumkan akan menjual sebagian sahamnya.
Aksi jual semakin bertambah ketika pemerintah India memblokir Free Fire. Sea Group pun disebut-sebut kehilangan tiga perempat valuasinya dalam lima bulan.
Padahal, investor global mengalami reli 2.300% sejak 2017 hingga 2021 dari berinvestasi di Sea Group.
“Manajer investasi dalam beberapa bulan terakhir mulai mendesak Sea Group untuk lebih transparan tentang strategi dan jumlahnya,” menurut orang yang mengetahui masalah tersebut.
“Jika bukan karena penurunan harga saham, Sea Group mungkin tidak akan mengungkapkan begitu banyak metrik,” kata pemegang saham dan salah satu pendiri grup investor 10X Capital yang berbasis di Singapura Kelvin Seetoh.
“Mereka bisa melakukan ini untuk memungkinkan investor memahami bisnis mereka dengan lebih baik dan itu belum terlambat,” tambah dia.
Pada awal Maret, startup konsultan yang berbasis di Singapura, Momentum Academy, menyelenggarakan webinar berjudul “Off the Record -- Behind Shopee's Doors” untuk membahas cara kerja di unit Sea.
Lebih dari 400 orang yang hadir dalam webinar itu ialah karyawan Shopee. “Tekanan tersebut memicu perdebatan internal di antara beberapa tim mengenai berapa banyak yang harus dibagikan perusahaan kepada publik,” kata orang-orang, yang meminta tidak disebutkan namanya karena masalah ini bersifat pribadi.
Sea Group menjalankan bisnis e-commerce lewat Shopee, hiburan melalui Garena, serta keuangan via ShoppePay dan SeaBank. Perusahaan asal Singapura ini memperkirakan pendapatan Shopee US$ 8,9 miliar – US$ 9,1 miliar (Rp 128,3 triliun – Rp 131,1 triliun) tahun ini.
Pada 2021, e-commerce itu meraih US$ 5,1 miliar. “Peningkatannya 75,7% yoy dibandingkan 2021,” kata perusahaan dalam keterangan resmi, dua pekan lalu (1/3).
Itu artinya, pertumbuhan pendapatan Shopee melambat dibandingkan 2021 136,4%.
Sepanjang tahun lalu, pesanan kotor Shopee 6,1 miliar atau naik 116,5%. Nilai transaksi bruto atau GMV meningkat 76,8% menjadi US$ 62,5 miliar atau Rp 900,8 triliun.
Sea Group juga memprediksi pemesanan layanan hiburan digital seperti game Free Fire buatan Garena, antara US$ 2,9 miliar - US$ 3,1 miliar tahun ini. Titik tengah perkiraan yakni US$ 3 miliar.
Hal itu mempertimbangkan banyak negara yang kembali memperolehkan masyarakat beraktivitas di luar rumah saat pandemi corona. “Selain itu, karena tindakan pemerintah yang tidak terduga, Free Fire saat ini tidak tersedia di toko aplikasi Google Play dan iOS di India,” ujar Sea Group.
Raksasa teknologi itu juga memperkirakan, pendapatan layanan keuangan digital seperti ShopeePay dan Sea Bank, antara US$ 1,1 miliar - US$ 1,3 miliar. Ini berarti, ada peningkatan 155,4%.