5 Sektor Startup di Indonesia Ini Untung saat Pandemi, Kini Ramai PHK

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Penulis: Desy Setyowati
6/6/2022, 12.00 WIB

Setidaknya ada enam startup di lima sektor di Indonesia yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini. Padahal, kelima bidang ini potensial selama pandemi corona.

Kelima startup yang melakukan PHK yakni Tanihub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, dan MPL. Selain itu, Brambang.com menutup layanan kebutuhan pokok untuk konsumen akhir atau business to customer (B2C).

Tanihub juga menutup layanan sejenis dan melakukan PHK. Padahal, sektor e-grocery diminati selama pandemi Covid-19.

Layanan tersebut membantu masyarakat membeli sayur-sayuran, buah hingga daging secara online selama pembatasan aktivitas di luar rumah.

Permintaan layanan e-grocery meningkat selama pandemi corona, khususnya dari konsumen rumah tangga atau B2C. Rinciannya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pangan tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19. Rinciannya sebagai berikut:

 

Sektor e-groceries pun diminati oleh konglomerat di Indonesia seperti CT Corps, Grup Djarum hingga Triputra Group.

Kemudian Zenius dan Pahamify bergerak di sektor pendidikan. Keduanya menyediakan layanan belajar online, yang diminati selama pandemi corona.

Hal itu karena ada 68,73 juta pelajar yang belajar dari rumah per April 2020 lalu. Secara rinci dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Seiring dengan melonjaknya permintaan, Zenius tercatat sebagai startup yang merekrut banyak pekerja saat pandemi. Datanya sebagai berikut:

Namun kini, Zenius Education melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawan. Hal ini karena bisnis terkena dampak kondisi makro ekonomi yang dinamis.

Begitu pun LinkAja. Startup ini menyediakan layanan pembayaran, yang juga diminati selama pandemi corona.

Padahal, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa nilai transaksi uang elektronik tumbuh 50,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 34,3 triliun pada April. Datanya dapat dilihat di bawah ini:

Kemudian MPL yang bergerak di sektor gim. Bidang ini juga digemari selama pandemi Covid-19.

Industri game Tanah Air pun mencatatkan pertumbuhan 10-20% pada awal 2020, menurut catatan Asosiasi Gim Indonesia (AGI).

Lalu JD.ID di sektor e-commerce. Bidang ini diminati selama pandemi corona.

Berdasarkan laporan Sirclo dan Katadata Insight Center (KIC) berjudul ‘Navigating Indonesia’s E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail’ pada Oktober 2021, pandemi membuat 17,5% konsumen offline mulai mencoba berbelanja online.

Chief People Officer Tiket.com Dudi Arisandi menilai, startup bertujuan untuk untung. “Dari sisi Human Resources (HR), pada akhirnya yang paling mudah, barangkali untuk diselesaikan, ya orang. Maka, upaya pertama yang bisa dilakukan ya efisiensi dengan pengurangan orang,” ujarnya dalam acara Talk 2 Talk, pekan lalu (29/5).

Dia mencatat, startup di Indonesia yang melakukan PHK rerata yang diuntungkan dari pandemi corona. Sejak awal tahun, setidaknya ada empat perusahaan rintisan yang mengumumkan PHK yakni Tanihub, Zenius, LinkAja, dan JD.ID.

“Mereka sebelumnya merekrut, karena kebutuhannya banyak saat itu (awal pandemi corona). Ketika ternyata pandemi berhasil ditangani, yang terjadi adalah surplus orang,” ujar dia.

Menurutnya, kondisi saat ini mirip dengan gelembung dot com pada 1998 - 2000-an. Saat itu, sektor teknologi tren dan perusahaan merekrut banyak pekerja. Mereka melantai di bursa efek dan mencatatkan harga saham yang meroket.

Perusahaan dot-com saat itu banyak menjalankan model startup yang bereksperimen dengan cara-cara baru dalam berbisnis. Namun, mereka tidak punya arah bisnis yang jelas dan tidak stabil.

Kemudian, gelembung dot-com meledak dan harga saham perusahaan internet itu runtuh. Bahkan banyak di antaranya yang gulung tikar.

“Saya pernah mengalami, di satu perusahaan, pegawai di sektor IT dikurangi dan dipekerjakan di outsource. Kemudian muncul dot com,” ujar dia. “Secara pribadi, aku sudah tiga kali menghadapi kasus seperti sekarang ini.”