East Ventures memimpin pendanaan pre-seed kepada startup teknologi pangan terpadu Greens. Perusahaan rintisan ini akan menggunakan dana segar itu untuk membangun ekosistem desentralisasi pangan.
Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, Greens turut mengurangi inefisiensi distribusi makanan. Caranya, mendekatkan jarak antara lokasi bahan pangan ditanam dan dipanen.
“Maka Anda dapat menanam bahan makanan sendiri di tempat Anda,” kata Melisa dalam keterangan pers, Selasa (2/8). “Kami mendukung penuh misi Greens melokalisasi produksi pangan guna meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan sistem pangan di Indonesia.”
Bappenas mencatat, 49 juta metrik ton makanan terbuang percuma setiap tahunnya di Indonesia. Sebagian besar karena pemrosesan, penyimpanan, transportasi, dan penjualan hasil pangan yang tidak efisien.
Sedangkan Indonesia memiliki risiko erosi tanah yang sangat tinggi, menurut WRI Indonesia. Hal ini mengancam ketahanan pangan karena kurangnya kandungan organik di dalam tanah.
Skor kualitas dan keamanan sistem pengendalian pangan Indonesia pun menduduki peringkat tujuh dari sembilan negara ASEAN pada 2020.
Permasalahan yang berkelanjutan itu mendorong para pendiri Greens untuk mentransformasikan sistem pangan di Indonesia. Pendiri Greens yakni Andi Sie yang menjabat Chief Executive Officer (CEO), Geraldi Tjoa Chief Product Officer, dan Erwin Gunawan sebagai Chief Business Officer.
Andi dan Erwin adalah lulusan Bachelor of Science dari The Ohio State University. Andi memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun dalam membangun startup teknologi, baik di Amerika Serikat (AS) maupun Indonesia.
Sedangkan Erwin mempunyai pengalaman lebih dari 15 tahun dalam bidang rantai pasokan, kuliner, dan distribusi serta memiliki sertifikat blockchain.
Lalu Geraldi ahli di bidang produksi dan otomasi makanan. Ia memiliki latar belakang robotika sebagai lulusan Computer Science dari Universitas Pelita Harapan.
Greens menghadirkan solusi berupa ekosistem makanan hiperlokal baru. Masyarakat dapat mengonsumsi bahan makanan yang ditanam dan dipanen di tempat, yang menggunakan 90% lebih sedikit air, 70% lebih sedikit lahan, dan tanpa proses perpindahan jarak dari tahap penanaman.
Startup itu menciptakan platform teknologi dengan jaringan blockchain yang akan digunakan secara paralel di dunia nyata maupun metaverse.
Perusahaan rintisan itu pun membangun teknologi CEA atau Controlled Environment Agriculture portabel pertama di blockchain dengan beberapa algoritme tanam.
“Platform kami terdiri dari unit taman yang sepenuhnya otomatis, dinamakan Greens pod. Ini bersifat modular, portabel, dan plug-and-play,” kata Geraldi.
“Platform Greens pod terintegrasi secara penuh untuk memproduksi makanan bernutrisi tinggi mulai dari biji hingga menjadi hidangan salad dan berbagai makanan lainnya, yang dapat diakses dari manapun Anda berada,” tambah dia.
Startup itu akan mengalokasikan dana segar yang diperoleh untuk membangun ekosistem desentralisasi pangan dalam dua tahap, yakni:
- Pertama akan berfokus mengaktifkan ekosistem makanan hiperlokal dengan membuat jaringan cloud untuk outlet makanan hiperlokal yang terhubung dengan platform Greens
- Kedua bakal berfokus pada Meta Farming yang memungkinkan masyarakat menanam makanan di metaverse, baik untuk dikonsumsi pribadi maupun dijual.
Greens akan membuka outlet hiperlokal pertama di Plaza Indonesia, Jakarta, pada Oktober.