Investor Ungkap Alasan Startup di Indonesia Bangkrut

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Penulis: Lenny Septiani
13/10/2022, 14.27 WIB

Startup furnitur Fabelio dinyatakan pailit. Ada beberapa perusahaan rintisan yang juga menutup layanan sepenuhnya di Indonesia selama pandemi corona. Apa penyebab startup bangkrut?

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, ada sejumlah faktor penyebab startup bangkrut. “Bisa karena faktor eksternal (makro) dan internal,” katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (13/10).

Faktor eksternal dapat disebabkan oleh kondisi seperti pandemi dan makro-ekonomi, termasuk resesi global.

Sedangkan faktor internal seperti model bisnis yang belum tepat, bujet atau penggunaan arus kas (cash flow spending) yang salah penempatan atau alokasi.

Bisa juga, “over spending untuk growth story tanpa melihat kondisi fundamental dan core values yang dibangun,” ujarnya.

Daftar Startup Bangkrut di Indonesia

1. Fabelio

Pengumuman bahwa Fabelio pailit disampaikan melalui surat kabar. Ini berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober.

“Menyatakan Debitur (PT Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya," demikian isi pengumuman putusan pailit, dikutip Rabu (12/10).

Rapat kreditur pertama ditetapkan pada pekan ini (17/10). Ini ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada 6 Oktober.

Sedangkan batas akhir pengajuan tagihan para kreditur dan tagihan pajak ditetapkan bulan depan (14/11) paling lambat Pukul 17:00 WIB di kantor pengurus.

Kemudian, rapat pencocokan piutang/verifikasi tagihan para kreditor dan kantor pajak dijadwalkan seminggu setelahnya atau 28 November Pukul 10.000 WIB di Pengadilan Niaga pada pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Startup Fabelio sempat disebut-sebut tak bisa membayar gaji pegawai sejak akhir tahun lalu. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi pada Agustus 2021.

Petisi di Change.org itu mengumpulkan 3.160 tanda tangan per Desember tahun lalu.

Padahal Fabelio memperoleh pendanaan seri C US$ 9 juta pada 2020. Total dana yang dihimpun US$ 20 juta atau sekitar Rp 300 miliar dari investor seperti AppWorks, 500 Startups, MDI Ventures.

2. Sorabel

Startup ini menutup layanannya secara penuh pada Juni 2020. Perusahaan ini menyasar segmen menengah ke bawah. Namun, sebagian masyarakat pada segmen ini terpukul pandemi virus corona.

Website, saluran sosial media, dan aplikasi Sorabel dihentikan oleh PT Sale Stock Indonesia dan dialihkan kepada PT Berrybenka.

3. Stoqo

Pada April 2020, startup e-commerce dengan model Business to Business (B2B) Stoqo berhenti beroperasi.

4. iFlix

Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Tencent  membeli iFlix pada 2020.

5. Airy Rooms

Perusahaan operator jaringan hotel murah Airy menghentikan operasionalnya di Indonesia secara permanen terhitung 31 Mei 2020. Ini dilakukan karena perusahaan terpukul pandemi corona.

6. UangTeman

Izin startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Digital Alpha Indonesia atau UangTeman dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan rintisan ini pun menggugat Dewan Komisioner OJK.

UangTeman juga dikabarkan belum membayarkan gaji dan pajak penghasilan alias PPh karyawan, sejak akhir 2020. Begitu juga dengan asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan.

Daftar Startup Tutup Layanan di Indonesia

Startup bangkrut di atas menutup layanan sepenuhnya. Namun ada juga perusahaan rintisan yang hanya menutup layanan di Indonesia atau beralih ke produk lain, sebagai berikut:

1. Hooq

Perusahaan penyedia layanan video on demand (VoD) Hooq pun menutup layanannya per 30 April 2020. Setelah melakukan pengajuan likuidasi pada akhir Maret, perusahaan asal Singapura itu tak lagi mengenakan biaya bagi pelanggan lama maupun baru.

2. Beres.id

Startup penyedia jasa perbaikan peralatan rumah tangga asal Malaysia Koadim menutup layanan di Indonesia. Koadim beroperasi di Tanah Air sebagai entitas bernama Beres.id.

3. Gojek

Gojek menutup layanan GoLife meliputi GoMassage, GoClean, dan GoFood Festival per 27 Juli 2020.

4. Brambang

Startup penyedia platform kebutuhan pokok, Brambang menutup layanan groceries pada Mei. Perusahaan rintisan ini beralih ke produk elektronik.

5. Mobile Premier League (MPL)

Unicorn asal India MPL juga melakukan PHK terhadap 10% dari total pegawai atau sekitar 100 orang. Startup e-sports ini juga bersiap untuk keluar dari pasar Indonesia.

6. Sayurbox

Startup penyedia kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan ini menutup toko offline Toko Panen di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Juni. Hal ini disampaikan melalui akun Instagram @panen.official pada Juni (16/6).

7. TaniHub

Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK.

8. Trafi

Aplikasi navigasi transportasi umum Trafi mengumumkan rencana penutupan layanan di Indonesia melalui situs resmi. "Aplikasi Trafi untuk kota Anda akan ditutup. Keputusan ini membuat kami sangat sedih," kata perusahaan pada Juni (23/6).

9. Blocknom

Platform earning aset kripto ini menutup layanan di Indonesia pada Juli.

10. HappyFresh

HappyFresh sempat menutup layanan di Indonesia. Kini, startup penyedia layanan sayuran ini mendapatkan pendanaan berbentuk utang dari Genesis, Innoven, dan Mars. Namun, nominal dana segar yang diperoleh HappyFresh tidak disebutkan. Startup ini pun memulai kembali operasional di Indonesia pada akhir bulan lalu (21/9).

11. Traveloka

Traveloka menutup tiga layanan yaitu Traveloka Eats, Traveloka Send, dan Traveloka Mart bulan ini.

Daftar Startup PHK di Indonesia

Beberapa startup yang menutup layanan sebagaimana disebutkan di atas juga melakukan PHK. Rincian perusahaan rintisan yang melakukan PHK di Indonesia sejak awal tahun ini, yakni:

  1. Xendit
  2. Carsome
  3. Shopee Indonesia
  4. Tokocrypto
  5. MPL
  6. Lummo
  7. Tanihub
  8. Mamikos (belum ada konfirmasi)
  9. Zenius (dua kali PHK)
  10. JD.ID
  11. Line
  12. Beres.id
  13. Pahamify
  14. LinkAja
  15. SiCepat
  16. Yummy Corp (belum ada konfirmasi)
Reporter: Lenny Septiani