Grab Target Gaet 10 Juta UMKM di Asia Tenggara pada 2025

grab
(Dari kiri ke kanan) Managing director Grab Indonesia, CEO Grup Grab Anthony Tan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat meluncurkan program Grab for Good. Grab menargetkan bisa menggaet 10 juta UMKM pada 2025.
25/9/2019, 07.16 WIB

Grab mengklaim sudah berkontribusi US$ 5,8 miliar atau sekitar Rp 81,5 triliun terhadap perekonomian Asia Tenggara dalam setahun, per Maret 2019. Decacorn asal Singapura ini pun menargetkan bisa menggaet 10 juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di regional hingga 2025.

Rinciannya, Grab telah menggaet lima juta wirausaha mikro. Perusahaan penyedia layanan on-demand berharap bisa merangkul lima juta pebisnis tradisional dalam ima tahun ke depan.

Co-Founder sekaligus CEO Grup Grab Anthony Tan optimistis, teknologi akan semakin mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat di regional jika sektor swasta aktif menciptakan program komunitas. “Asia Tenggara siap menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030,” kata dia dalam siaran pers, kemarin (25/9).

Karena itu, Grab mengusung program yang disebut Grab for Good. Menggaet lebih banyak mitra UMKM merupakan bagian dari misi tersebut.

Grab juga menargetkan bisa meningkatkan literasi digital terhadap lebih dari 3 juta masyarakat di Asia Tenggara pada 2025. Selain itu, perusahaan ingin melatih 20 ribu siswa melalui inisiatif pengembangan talenta teknologi.

(Baca: Riset CSIS: Grab Beri Surplus Ekonomi Rp 46 Triliun di Jabodetabek)

Untuk itu, decacorn ini akan bekerja sama dengan institusi pendidikan, lembaga nirlaba, dan perusahaan teknologi. Sebab, berdasarkan data World Economic Forum, 16% generasi muda di regional ingin bekerja di sektor teknologi.

Salah satu perusahaan teknologi yang diajak kerja sama adalah Microsoft. Berdasarkan data Cisco, ada 6,6 juta di enam negara besar Asia Tenggara butuh wawasan baru pada 2028. Sekitar 41% di antaranya memiliki keterbatasan keterampilan teknologi informasi (IT) yang dibutuhkan industri.

Karena itu, kerja sama Grab dan Microsoft bertujuan menjembatani kesenjangan keterampilan digital di regional. “Saya sangat bersemangat melihat mitra pengemudi Grab dan keluarganya akan memperoleh keterampilan baru dari berbagai kelas bersertifikasi dari Microsoft,” kata Co-founder Grab Hooi Ling Tan.

Hal senada disampaikan oleh President Microsoft in Asia Pacific Andrea Della Mattea. “Kami sangat senang dapat meluncurkan cara untuk mengembangkan tenaga kerja digital secara inklusif di berbagai negara di Asia Pasifik bersama Grab,” katanya.

(Baca: CSIS: Grab Berkontribusi Rp 49 Triliun Terhadap Ekonomi Indonesia 2018)

Ada tiga poin dalam program kolaborasi tersebut. Pertama, membangun keterampilan teknis bagi mahasiswa di perguruan tinggi di berbagai negara Asia Tenggara. Hal ini untuk memastikan kesiapan mereka dalam memasuki angkatan kerja saat ini dan masa depan.

Kedua, memberdayakan mitra pengemudi dan keluarganya agar dapat berkembang dalam ekonomi digital melalui pengembangan keterampilan digital. Ketiga, membuka jalur bagi mitra pengemudi untuk mengejar karir di bidang teknologi dengan dukungan dari organisasi nirlaba global.

Kontribusi Grab terhadap Perekonomian di Asia Tenggara

Grab merilis laporan terkait dampak sosial yang diciptakan perusahaan. Decacorn asal Singapura itu menyebutkan, perusahaannya berkontribusi US$ 5,8 miliar dalam setahun, per Maret 2019. Perhitungan itu pun telah diverifikasi KPMG, sesuai dengan prosedur yang telah disepakati sebelumnya.

Startup bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar telah menggaet lebih dari 9 juta mitra pengemudi, pengantaran, merchant ataupun agen. Jumlah itu setara 1 dari 70 masyarakat Asia Tenggara.

Sebanyak 21% mitra pengemudi Grab tidak memiliki pekerjaan sebelumnya. Lalu, 31% mitra agen tidak memiliki sumber pendapatan sebelum bergabung dengan Grab-Kudo.

(Baca: Riset: Grab Pimpin Pasar Transportasi Online di Indonesia dan Vietnam )

Sejak berdiri pada 2012, Grab telah membantu lebih dari 1,7 wirausahawan mikro untuk membuka akun bank pertama. Perusahaan mencatat, tingkat pembayaran non-tunai melalui platform-nya Sembilan kali lebih tinggi dibanding keseluruhan di Asia Tenggara.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industry 4.0 adalah suatu upaya untuk meningkatkan ekonomi riil Indonesia sebesar 1-2%. “Pertumbuhan ekonomi ini harus bisa dinikmati oleh setiap orang dari berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari bisnis-bisnis skala kecil hingga masyarakat umum. Satu-satunya cara kita semua dapat meraih kesuksesan adalah dengan memastikan setiap pihak benar-benar menjalankan fungsinya,” kata dia.

Berkaca dari komitmen Grab lewat program Grab fror Good, perusahaan juga menggaet lebih dari 500 mitra pengemudi tuli. Grab ingin menggandakan jumlah mitra pengemudi tuli tahun depan.

Grab pun bekerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) di Indonesia, Malaysia Federation of the Deaf, Singapore Association of the Deaf, dan National Association of the Deaf Thailand. “Kerja sama dengan Grab Indonesia telah membantu memberdayakan orang Tuli sehingga lebih percaya diri dan mandiri secara ekonomi,” kata Ketua DPP Gerkatin Bambang Prasetyo.

Decacorn ini pun berencana menambahkan sejumlah fitur untuk memfasilitas mitra pengemudi tuli. Salah satunya, fitur pesan instan khusus.

Di Malaysia, Grab juga akan menciptakan Kamus Bahasa Isyarat untuk mengajarkan masyarakat cara berkomunikasi dengan teman tuli melalui widget dalam aplikasi Grab. Selain itu, Grab berencana melakukan serangkaian pelatihan bulanan untuk memastikan mitra pengemudi dapat melayani pelanggan penyandang disabilitas.

(Baca: Babak Baru Pertarungan Gojek dan Grab di Tiga Layanan)

Reporter: Cindy Mutia Annur