Studi: E-commerce Bisa Rugi Rp 280 T Akibat Tidak Memahami Konsumen

Facebook
Marketing Science Lead Facebook Indonesia Adisti Latief dalam rangkaian acara peluncuran studi Zero Friction Future di Sheraton Grand Gandaria City, Jakarta (18/7).
Penulis: Abdul Azis Said
19/7/2019, 11.38 WIB

Kemudian, 63% responden jasa keuangan dan 65% dari e-commerce batal berbelanja karena sulit menghubungi costumer support. Adapun riset ini dilakukan terhadap  1.600 responden berusia 18 hingga 54 tahun, pada September-Oktober 2018.

(Baca: Facebook Catat 39% Pengguna Akun Bisnisnya adalah Perempuan)

Facebook memandang hal tersebut sebagaisebaga potensial. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu menawarkan solusi melalui media sosial dan aplikasi percakapan yang mereka punya, yakni Facebook, Instagram, Messenger, dan Whatsapp.

Ada tiga solusi yang ditawarkan yakni meningkatkan kunjungan (discovery), kesesuaian iklan (link ads), dan memaksimalkan peran costumer support. “Kami akan gunakan influencer dan Instagram untuk (solusi) discovery,” kata Client Partnert Facebook Aldo Rambie.

Facebook menyiapkan produk bernama branded content yang berfungsi untuk mengontrol reputasi bisnis, lewat konten iklan yang sesuai. Caranya, Facebook menggaet influencer untuk memperkenalkan produk. Unggahan itu akan diteruskan menjadi  iklan, guna menjangkau lebih banyak konsumen.

(Baca: Instagram Luncurkan Tiga Fitur Baru untuk Berbelanja)

Reporter: Abdul Azis Said (Magang)

Halaman: