Dirilis Usai Lebaran, LinkAja Siapkan Fitur Pembayaran hingga Pinjaman

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi Linkaja
8/5/2019, 16.39 WIB

Aplikasi pembayaran milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LinkAja, akan dirilis setelah Lebaran 2019. Peluncurannya telah tertunda dua kali, dari rencana semula pada pertengahan April 2019.

LinkAja dikembangkan oleh financial technology (fintech) pembayaran, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Aplikasi ini sebenarnya sudah bisa diunduh sejak Februari lalu. “Seremoni peluncurannya Juni, setelah Lebaran,” ujar Direktur Utama Finarya Danu Wicaksana kepada Katadata.co.id, Rabu (8/5).

Migrasi seluruh alat pembayaran elektronik menggunakan kartu alias Electronic Data Captured (EDC) milik bank-bank pelat merah juga sudah dilaksanakan. Dengan cara ini EDC milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) bisa melayani transaksi LinkAja.

LinkAja merupakan gabungan dari aplikasi pembayaran milik BUMN. Di antaranya TCash dari Telekomunikasi Selular (Telkomsel), TBank dan MyQR milik Bank Rakyat Indonesia (BRI), e-cash dari Bank Mandiri, serta yap! dan UnikQu dari Bank Negara Indonesia (BNI).

(Baca: Belum Ada Dompet Elektronik, Peluncuran LinkAja Kembali Ditunda)

Saat ini, LinkAja sedang memproses perizinan ke Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan beberapa layanan. Izin yang diajukan fintech pembayaran seperti penyedia layanan uang elektronik (e-money), dompet elektronik (e-wallet), lembaga keuangan digital, dan transfer dana. 

Danu berharap, proses pengajuan izin ke BI tersebut selesai sebelum Lebaran 2019. “Ke depan, yang kami lakukan adalah penambahan fungsi dompet. Tentunya, peluncuran LinkAja dengan syarat setelah kami mendapatkan izin dari BI,” kata dia.

Antara melaporkan, LinkAja berencana menyediakan layanan pinjaman (lending) melalui platformnya pada 2020. Namun, Danu belum mau menjelaskan secara rinci mengenai tambahan layanan tersebut. Apalagi, LinkAja harus mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jika ingin menyediakan layanan tersebut.

Langkah LinkAja Bersaing dengan Go-Pay dan OVO

Layanan pinjaman yang  kan disediakan LinkAja asudah lebih dulu dilakukan oleh pesaingnya, Go-Pay, namun dalam bentuk cicilan. Go-Pay menggandeng PT Mapan Global Reksa (Findaya) untuk menyediakan fitur cicilan.

Kemudian OVO menyusul langkah Go-Pay dengan menguji coba layanan cicilan. OVO pun mengakuisisi dengan fintech pinjaman, yakni Indonusa Bara Sejahtera atau Taralite untuk menyediakan layanan cicilan.

Lewat kerja sama ini, OVO bisa mengintegrasikan platformnya dengan Taralite. Dengan begitu, pengguna OVO bisa mengajukan pinjaman ke Taralite lewat platfom bernuansa ungu tersebut. Pengguna OVO juga bisa mencicil produk yang dibeli lewat e-commerce seperti Tokopedia.

(Baca: Menteri Rini: LinkAja Tak Boleh Kalah Saing )

Dalam hal layanan pembayaran, LinkAja menyediakan layanan bayar tagihan seperti listrik, air, dan internet, transaksi di mitra, moda transportasi hingga pembelian di e-commerce. Pengguna juga bisa melakukan transfer uang ke sesama pelanggan dan ke nasabah bank BUMN.

Layanan pembayaran seperti ini juga sudah disediakan oleh Go-Pay, OVO, DANA, dan lainnya. Go-Pay juga bekerja sama dengan Bank Central Asia (BCA). Dengan begitu, isi ulang (top-up) Go-Pay terintegrasi dengan rekening BCA pengguna. Lalu, platform OVO dan DANA juga terintegrasi dengan rekening CIMB Niaga guna mempermudah isi ulang dan tarik saldo.

LinkAja juga menyediakan layanan pembayaran untuk transportasi. Di antaranya Blue Bird, Kereta Api Indonesia, Trans Semarang, dan Railink. Layanan seperti ini lebih dulu disediakan oleh Go-Pay dan OVO untuk pembayaran transportasi di Gojek dan Grab.

Saat ini, pengguna terdaftar LinkAja mencapai 32 juta. Pengguna aktifnya mencapai tiga juga. LinkAja juga sudah bekerja sama dengan 131 mitra di Indonesia.

Aplikasi OVO tersedia di 115 juta perangkat di 303 kota di seluruh Indonesia. OVO juga hadir di 90% mall di Indonesia, termasuk hypermarket, department store, kedai kopi, bioskop, operator parkir, jaringan rumah sakit terkemuka, serta mendukung layanan transportasi bersama Grab. OVO pun sudah menggaet lebih dari 500 ribu mitra.

Lalu, Go-Pay sudah merangkul 300 ribu mitra yang 40% di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Setengah dari transaksi di platform Gojek menggunakan Go-Pay. Gojek merupakan induk usaha Go-Pay, yang aplikasinya sudah diunduh 142 juta kali di Indonesia.

(Baca: Riset Morgan Stanley Ungkap Ketatnya Persaingan OVO dan Go-Pay)

Reporter: Cindy Mutia Annur