Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) mulai mengkaji pengembangan jaringan internet generasi keenam alias 6G. Sedangkan Indonesia baru menggelar 5G secara terbatas.
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi bercerita, saat Indonesia mengadopsi 3G, pemerintah mulai mengumumkan penelitian terkait 4G. Namun, 4G resmi hadir delapan sampai sembilan tahun setelahnya.
Ia menilai, pemerintah juga menyatakan tengah mengembangkan 5G ketika masyarakat menerima 4G. "Artinya, penelitian dan adopsi teknologi baru itu butuh waktu, termasuk 6G,” kata Heru kepada Katadata.co.id, Rabu (2/6).
Heru memperkirakan, 6G baru bisa tersedia di Indonesia pada 2029 atau 2030. Ini pun pemerintah sudah haris meneliti sejak sekarang.
Adopsi 6G di Tanah Air juga akan tergantung permintaan dan kebutuhan frekuensi. Apabila kebutuhan frekuensi terlampau besar, Indonesia bisa saja tidak mengadopsi 6G. Sebab, penentuan spektrum frekuensi 5G dan 6G akan berbeda.
Di sisi lain, negara maju seperti Tiongkok dan AS sudah mengembangkan jaringan 6G. Laporan dari Chisna National Intellectual Property Administration (CNIPA) menyebutkan bahwa Negeri Tirai Bambu memimpin dari sisi jumldah paten terkait 6G secara global.
CNIPA menyebutkan, 35% dari total 38 ribu paten soal 6G di dunia merupakan milik perusahaan Tiongkok. AS menempati posisi kedua dengan 18% paten. Disusul oleh Uni Eropa.
Tiongkok juga telah meluncurkan satelit eksperimental 6G pertama di dunia tahun lalu, di Taiyuan Satellite Launch Centre, Provinsi Shanxi. Ini bertujuan membuat ultra-fast network yang 100 kali lebih cepat dibanding 5G, yang rencananya dapat digunakan pada 2030.
Peluncuran satelit 6G ke orbit itu merupakan proyek kerja sama University of Electronic Science and Technology of China (UESTC), Chengdu Guoxing Aerospace Technology, dan Beijing MinoSpace Technology.
Salah satu akademisi dari Chinese Academy of Engineering Xu Yangsheng mengatakan, proyek itu akan menggabungkan jaringan komunikasi satelit dengan yang ada di darat. “Satelit eksperimental ini menandai pertama kalinya teknologi komunikasi terahertz didiverifikasi ketika diterapkan di luar angkasa,” katanya dikutip dari Daily Mail, akhir tahun lalu (13/11/2020).
Wakil Menteri Biro Teknologi Tiongkok Wang Xi menyatakan, pihaknya juga akan bekerja sama dengan para ahli dalam merancang rencana penelitian untuk 6G. Biro Teknologi juga telah menggandeng 37 ahli telekomunikasi dari universitas, institusi, dan perusahaan untuk membentuk panel pengembangan 6G serta melakukan uji kelayakan pada jaringan.
Di saat yang sama, beberapa perusahaan telekomunikasi Tiongkok seperti Huawei, ZTE, Xiaomi, dan China Telecom memulai penelitian jaringan 6G. Bahkan, Xiaomi berencana memfokuskan sumber daya mereka pada pembuatan ponsel 5G, sembari mengembangkan 6G.
"Saat ini Tiongkok tampaknya melakukan segalanya untuk memastikan bahwa mereka tidak kehilangan pasar masa depan," kata penasihat senior European Policy Center Paul Timmers.
Sedangkan AS telah mengkaji pengembangan 6G sejak 2019. Saat itu, mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Negeri Paman Sam bakal mengadopsi 6G sesegera mungkin.
Pengembang standar telekomunikasi AS atau Alliance for Telecommunications Industry Solutions (ATIS) juga telah meluncurkan Next G Alliance terkait 6G. Raksasa teknologi seperti Apple Inc, AT&T Inc, Qualcomm Inc, Google, dan Samsung Electronics Co masuk dalam aliansi ini.
Selain mengembangkan 6G, AS menekan industri 5G Tiongkok. Caranya, dengan memblokir layanan 5G Huawei dan mendorong negara-negara di Eropa untuk melakukan hal serupa.
Direktur industri teknologi informasi dan komunikasi Frost and Sullivan di AS Vikrant Gandhi mengatakan, kedua negara berlomba-lomba mengembangkan dan mematenkan 6G karena potensinya besar. Teknologi ini juga diprediksi menguasai revolusi industri berikutnya. "Kemungkinan persaingan untuk kepemimpinan 6G akan lebih sengit daripada 5G," kata Gandhi dikutip dari The Star, Februari lalu (14/2).
Teknologi 6G yang diperebutkan kedua negara itu memiliki kecepatan 100 kali lebih cepat dibandingkan 5G. Kemampuan unduh mencapai satu terabyte per sekon (Tbps) atau sekitar 142 jam film dalam sedetik.
Gelombang sinyal 6G menempati pita spektrum 300GHz hingga 3 terahertz. Frekuensi itu lebih tinggi ketimbang 5G yang berada di antara 30-300GHz. Sedangkan kecepatan berbanding lurus dengan spektrum frekuensi.
Selain itu, 6G menjanjikan latensi yang jauh lebih rendah yakni 0,1 milidetik. Sedangkan tingkat keterlambatan pengiriman data 5G sekitar satu milidetik.
Dengan kemampuan itu, negara yang mengadopsi 5G atau 6G bisa menghadirkan berbagai teknologi baru seperti hologram, augmented reality (AR), atau virtual reality (VR).