Ingin Kuasai Pasar di Masa Depan, AS dan Tiongkok Bersaing Ketat di 6G

Fahmi Ahmad Burhan
15 Februari 2021, 10:19
Ingin Kuasai Pasar di Masa Depan, AS dan Tiongkok Bersaing Ketat di 6G
ANTARA FOTO/REUTERS/JASON LEE
Seorang insinyur berdiri di bawah stasiun pangkalan antena 5G dalam sistem uji lapangan SG178 Huawei yang hampir membentuk bola di Pusat Manufaktur Songshan Lake di Dongguan, provinsi Guangdong, Tiongkok, Kamis (30/5/2019).

Pemerintah Indonesia masih mengkaji penerapan jaringan internet generasi kelima alias 5G. Sedangkan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) semakin ketat bersaing di teknologi 6G.

Direktur industri teknologi informasi dan komunikasi Frost and Sullivan di AS Vikrant Gandhi mengatakan, kedua negara berlomba-lomba mengembangkan dan mematenkan 6G karena potensinya besar. Teknologi ini juga diprediksi menguasai revolusi industri berikutnya.

"Kemungkinan persaingan untuk kepemimpinan 6G akan lebih sengit daripada 5G," kata Gandhi dikutip dari The Star, Minggu (14/2).

AS mengkaji pengembangan 6G sejak 2019. Saat itu, mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Negeri Paman Sam bakal mengadopsi 6G sesegera mungkin.

Pengembang standar telekomunikasi AS atau Alliance for Telecommunications Industry Solutions (ATIS) kemudian meluncurkan Next G Alliance terkait 6G. Raksasa teknologi seperti Apple Inc, AT&T Inc, Qualcomm Inc, Google, dan Samsung Electronics Co masuk dalam aliansi ini.

Selain mengembangkan 6G, AS menekan industri 5G Tiongkok. Caranya, dengan memblokir layanan 5G Huawei dan mendorong negara-negara di Eropa untuk melakukan hal serupa.

Gandhi memperkirakan, langkah itu juga diterapkan dalam hal 6G. "AS tidak akan membiarkan peluang kepemimpinan generasi 6G didapat negara lain dengan mudah," katanya.

Sedangkan kepala di bagian akses dan perangkat Bell Labs Peter Vetter menilai, AS dan Tiongkok kompetitif dalam pengembangan 6G. "Upaya ini sangat penting sehingga menjadi perlombaan ‘senjata’ sampai batas tertentu," kata dia.

Tiongkok pun telah meluncurkan satelit eksperimental 6G pertama di dunia pada tahun lalu di Taiyuan Satellite Launch Centre, Provinsi Shanxi. Ini bertujuan membuat ultra-fast network yang 100 kali lebih cepat dibanding 5G, yang rencananya dapat digunakan pada 2030.

Peluncuran satelit 6G ke orbit itu merupakan proyek kerja sama University of Electronic Science and Technology of China (UESTC), Chengdu Guoxing Aerospace Technology, dan Beijing MinoSpace Technology.

Salah satu akademisi dari Chinese Academy of Engineering Xu Yangsheng mengatakan, proyek itu akan menggabungkan jaringan komunikasi satelit dengan yang ada di darat. “Satelit eksperimental ini menandai pertama kalinya teknologi komunikasi terahertz didiverifikasi ketika diterapkan di luar angkasa,” katanya dikutip dari Daily Mail, tahun lalu (13/11/2020).

Wakil Menteri Biro Teknologi Tiongkok Wang Xi menyatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan para ahli dalam merancang rencana penelitian untuk 6G. Biro Teknologi juga telah menggandeng 37 ahli telekomunikasi dari universitas, institusi, dan perusahaan untuk membentuk panel pengembangan 6G serta melakukan uji kelayakan pada jaringan.

Di saat yang sama, beberapa perusahaan telekomunikasi Tiongkok seperti Huawei, ZTE, Xiaomi, dan China Telecom memulai penelitian jaringan 6G. Bahkan, Xiaomi berencana memfokuskan sumber daya mereka pada pembuatan ponsel 5G, sembari mengembangkan 6G. 

"Saat ini Tiongkok tampaknya melakukan segalanya untuk memastikan bahwa mereka tidak kehilangan pasar masa depan," kata penasihat senior European Policy Center Paul Timmers.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...