Netflix resmi meluncurkan layanan game online untuk pengguna Android pekan lalu (3/11). Namun, kebijakan Apple diperkirakan akan mempersulit perusahaan streaming film ini.
Perusahaan mengonfirmasi bahwa dukungan untuk iOS sedang dalam proses. Namun reporter teknologi Bloomberg Mark Gurman mengatakan, kebijakan App Store Apple akan mencegah Netflix Games tersedia di toko aplikasi.
Apple melarang aplikasi pihak ketiga berfungsi sebagai hub untuk game. Ini juga menjadi penyebab produsen iPhone berselisih dengan layanan cloud gaming seperti Xbox Cloud Gaming, Nvidia GeForce Now, dan Google Stadia.
Layanan cloud gaming hanya dapat menyiasatinya dengan menawarkan gim melalui aplikasi web, seperti yang dilakukan oleh Facebook.
Menurut buletin Power On terbaru dari Gurman, Netflix menempatkan gim satu per satu di Google Play Store. Ini artinya, pengguna perlu mengunduh beberapa kali jika ingin menikmati semua gim yang ada pada Netflix Games. Sejauh ini, ada lima game yang tersedia.
Sedangkan konsep bisnis Netflix Games yakni game all-in-one. Ini sebabnya Gurman memprediksi bahwa Netflix pada akhirnya akan membawa game ke cloud.
Di satu sisi, kebijakan Apple dinilai membuat game cloud hampir tidak mungkin berkembang.
"Apple perlu mengubah aturannya atau memberikan pengecualian kepada Netflix," kata Gurman dikutip dari The Verge, Senin (8/11). “Itu meninggalkan kesuksesan akhir layanan Netflix di tangan Apple, mitra lama tetapi juga saingan yang berkembang.”
Riset dari perusahaan data periklanan Lotame mengungkapkan, kebijakan privasi Apple juga membuat Facebook, Twitter, Snap, dan YouTube kehilangan 12% pendapatan dari iklan pada kuartal III dan IV tahun ini. Kerugiannya bisa mencapai US$ 10 miliar atau Rp 142 triliun.
COO Lotame Mike Woosley mengatakan, keempat aplikasi itu kehilangan pendapatan karena kebijakan privasi Apple membuat keuntungan pengiklan berkurang. Para pengiklan tidak bisa lagi menargetkan konsumen dengan tepat di Facebook hingga YouTube.
Ia mencontohkan, merek pakaian dalam pria yang beriklan di Facebook kini tidak bisa lagi mendapatkan analisis data pengguna Facebook berdasarkan gender secara akurat.
"Sekarang, untuk menargetkan pembeli 1.000 pria, pengiklan harus menunjukkan produk kepada 2.000 pengguna. Ini karena tiba-tiba pengiklan tidak tahu siapa pengguna pria dan siapa wanita," kata Woosley dikutip dari Business Insider, pekan lalu (1/11).
Facebook tercatat mengalami kerugian terbesar imbas kebijakan privasi Apple. Perusahaan yang berganti nama menjadi Meta ini memperkirakan pendapatan iklan kuartal III dan IV di atas US$ 60 miliar.
Namun Latome menyebutkan bahwa kebijakan Apple membuat pendapatan iklan Facebook berkurang 13,2% dari yang diproyeksikan.
Begitu juga Snap. Pendapatan dari iklan diprediksi turun 13,2% dari proyeksi US$ 2 miliar.
Sedangkan pendapatan iklan YouTube diperkirakan hanya berkurang 7,7% dari target US$ 15 miliar. Lalu Twitter turun 7,4% dari US$ 2 miliar.
Chief Executive of Wayflyer Aidan Corbett mengatakan, Facebook mematok biaya periklanan yang besar kepada para pengiklan. "Jika kemampuan Anda untuk beriklan di Facebook tidak lagi ekonomis, pengiklan akan segera pindah,” katanya.
Bahkan, bisa saja para pengiklan beralih untuk beriklan di aplikasi seperti TikTok. "Sebab, TikTok menjadi sangat populer dan jauh lebih murah," ujarnya.
Facebook mengatakan, perubahan kebijakan privasi Apple dapat menghancurkan sebagian dari bisnis periklanan. COO Facebook Sheryl Sandberg menyampaikan, akurasi penargetan iklan perusahaan jadi menurun.
"Ini meningkatkan biaya untuk mendorong hasil bagi pengiklan kami," kata Sheryl dikutip dari Financial Times, akhir bulan lalu (31/10).