Tencent dan Alibaba diprediksi mengalami penurunan laba dan perlambatan pertumbuhan pendapatan pada kuartal III. Ini arena tekanan pemerintah Cina selama setahun terakhir.
Refinitiv memperkirakan laba Tencent turun 12% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III. Sedangkan pendapatan masih meningkat 16,4%, namun melambat dibandingkan tahun lalu.
Laba Alibaba juga diperkirakan turun 12% pada kuartal III. Pendapatan diramal masih naik 32%, tetapi melambat dibandingkan tahun lalu.
Selama dua kuartal sebelumnya, Alibaba juga membukukan kerugian operasional kuartalan.
Selain Tencent dan Alibaba, perusahaan teknologi lain seperti JD.com diperkirakan mengalami penurunan laba 71%. Lalu, laba mesin pencarian Baidu diprediksi turun 80%.
Berdasarkan laporan dari analis KGI Asia, penyebab penurunan laba sejumlah perusahaan teknologi Cina karena tekanan yang bertubi-tubi dari Beijing. "Kami percaya bahwa hambatan regulasi di Tiongkok akan mencerminkan laba dan pendapatan kuartal III dan kuartal terakhir tahun ini," kata analis KGI Asia dikutip dari Reuters, Senin (8/11).
Tekanan dari pemerintah Cina terhadap Alibaba hingga Tencent berlangsung sejak November tahun lalu. Sejumlah pengetatan aturan diterapkan oleh regulator di Cina seperti masalah keamanan data hingga monopoli.
South China Morning Post (SCMP) melaporkan, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) berencana memperpanjang tekanan kepada Alibaba hingga Tencent, setidaknya hingga akhir tahun.
"Kami akan mengambil langkah-langkah yang ditargetkan untuk mendorong lingkungan pasar yang adil dan teratur," kata Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi Xiao Yaqing dikutip dari SCMP, bulan lalu (16/10).
Xiao mengatakan, pemerintahan akan terus meminta pertanggungjawaban perusahaan teknologi, memperkuat pengawasan, dan bekerja dengan badan pemerintah lainnya untuk mengelola industri teknologi.
Dalam kampanyenya, MIIT menyoroti sejumlah praktik, seperti keamanan data perusahaan teknologi, layanan dipersonalisasi, dan persaingan usaha.
Menurut Xiao, tekanan kepada perusahaan teknologi memberikan dampak yang baik. Sejak pengawasan berlaku tahun lalu, beberapa perusahaan teknologi raksasa di Cina mematuhi persyaratan sejumlah peraturan baru.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan teknologi telah menerima denda akibat pengetatan aturan pemerintah Cina. Alibaba dan anak usaha Tencent, China Literature, dan Shenzhen Hive Box Technology misalnya menerima denda sebesar 1,5 juta yuan atau setara Rp 3,36 miliar pada akhir tahun lalu karena tidak melaporkan akuisisi.
Awal Maret 2021, Beijing kembali mendenda anak usaha Alibaba di bidang kebutuhan pokok atau groseri yakni Nice Tuan dan kepunyaan Tencent, Shixianghui. Perusahaan diketahui menerapkan skema pembelian berbasis komunitas yang dianggap bisa mengelabui konsumen agar membeli barang.