Aplikasi video pendek TikTok mempertahankan predikat sebagai platform paling banyak diunduh di dunia selama 10 bulan. Padahal, pengembang TikTok yakni ByteDance menghadapi tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Berdasarkan data terbaru Sensor Tower, aplikasi TikTok diunduh 57 juta kali selama Oktober. Sedangkan Instagram 56 juta unduhan.
Posisi berikutnya ditempati oleh Facebook, WhatsApp, dan Telegram. "TikTok mempertahankan posisi mereka sebagai aplikasi non-game yang paling banyak diunduh," demikian dikutip dari South China Morning Post, Senin (15/11).
Data dalam laporan Sensor Tower berdasarkan pada jumlah unduhan di dua toko aplikasi paling populer, yakni Google Play Store dan App Store.
Pasar Cina berkontribusi paling besar terhadap jumlah unduhan TikTok. Aplikasi TikTok khusus pengguna Cina yakni Douyin menyumbang 17% dari total unduhan pada Oktober.
Pasar kedua terbesar yakni AS, yang menyumbang 11% jumlah unduhan.
Saat ini, TikTok mencatatkan pengguna aktif bulanan alias monthly active user (MAU) secara global mencapai satu miliar per akhir September. Di pasar Cina, Douyin lebih dari 600 juta pengguna aktif harian atau daily active user (DAU).
Meski begitu, keberhasilan TikTok dalam mempertahankan gelar sebagai aplikasi paling populer di dunia meski tertekan oleh regulator AS dan Cina. Di AS, tekanan yang dialami TikTok sudah berlangsung sejak pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.
Saat menjabat, Trump mengancam akan melarang penggunaan aplikasi video pendek itu di pasar AS kecuali ByteDance melepaskan bisnis TikTok di Amerika. Namun, kesepakatan pelepasan bisnis tidak jadi dilakukan setelah Joe Biden memimpin.
Joe Biden mencabut larangan TikTok pada Juni. Namun, Biden mengarahkan agar menteri perdagangan untuk menyelidiki TikTok terkait dengan risiko privasi data atau keamanan nasional.
Sejumlah anggota parlemen di AS juga masih menyoroti aktivitas TikTok terkait pengumpulan data biometrik dari puluhan juta pengguna AS.
Pada sidang senat Oktober, Kepala Kebijakan Publik TikTok Michael Beckerman mengatakan bahwa TikTok tidak memberikan informasi pribadi pengguna kepada pemerintah Cina. "TikTok telah berusaha melindungi data pribadi konsumen di AS," kata Beckerman.
TikTok juga menghadapi tekanan dari Beijing lewat serangkaian peraturan yang memperketat kendali perusahaan teknologi atas ekonomi. Yang terbaru, pemerintah Cina melalui Cyberspace Administration of China (CAC) menerapkan aturan agar perusahaan teknologi seperti ByteDance yang mendirikan kantor pusat, pusat penelitian, dan pusat operasi di luar negeri melapor ke regulator di Cina.
Akibat berbagai tekanan yang dihadapi di Cina dan AS, ByteDance pun menunda rencana penawaran saham perdana ke publik atau IPO. Dikutip dari Bloomberg, salah satu sumber mengatakan bahwa ByteDance kesulitan dalam menemukan struktur bisnis yang menyenangkan untuk AS dan Cina.
ByteDance pun melakukan restrukturisasi perusahaan pada awal bulan ini. Ada sejumlah layanan di bawah ByteDance, mulai dari platform video pendek TikTok dan Douyin, unit kolaborasi kerja Lark, unit layanan enterprise BytePlus, unit game Nuverse, serta unit teknologi pendidikan Dali Education.