Blokir Facebook dan Instagram, Rusia Sebut Meta ‘Ekstremis’

ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin /aww/sad.
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan melalui tautan video di Kremlin di Moskow, Rusia, Jumat (11/3/2022).
Penulis: Desy Setyowati
22/3/2022, 11.01 WIB

Pengadilan di Rusia melarang Facebook dan Instagram di negara ini. Otoritas hukum juga melabeli induk kedua perusahaan, yakni Meta sebagai ‘ekstremis.

Rusia membatasi akses ke Facebook dan Instagram awal bulan ini. Itu dilakukan setelah Meta mengonfirmasi kebijakan yang ‘membiarkan’ ujaran kebencian terhadap tentara Rusia dan Presiden Vladimir Putin, sehubungan dengan perang di Ukraina.

Meta mengatakan, aturan yang lebih longgar itu hanya akan berlaku untuk orang yang mengunggah dari dalam Ukraina.

“Facebook dan Instagram melakukan aktivitas ekstremis,” kata pengadilan di Moskow dikutip dari The Guardian, Selasa (22/3).

Namun, Rusia tidak memblokir WhatsApp, anak usaha Meta lainnya. “Ini merupakan sarana komunikasi, bukan sumber informasi,” ujar pengadilan.

Selama sidang pada Senin (21/3) di Moskow, dinas keamanan federal (FSB) Rusia menuduh Meta menciptakan ‘realitas alternatif’, sehingga memicu kebencian terhadap Rusia dinyalakan.

“Kegiatan organisasi Meta diarahkan terhadap Rusia dan angkatan bersenjatanya,” kata perwakilan FSB Igor Kovalevsky kepada pengadilan, dikutip dari kantor berita negara Rusia TASS.

Jaksa Rusia mengatakan di pengadilan, mereka tidak akan menuntut warga dan organisasi di Rusia yang mengakses Facebook dan Instagram. Sebab, ratusan ribu orang di negara ini berusaha untuk menghindari larangan media sosial menggunakan jaringan pribadi virtual atau VPN.

“Penggunaan produk Meta oleh individu dan badan hukum tidak boleh dianggap sebagai partisipasi dalam kegiatan ekstremis,” kata Kovalevsky kepada pengadilan. “Individu tidak akan bertanggung jawab atas penggunaan layanan Meta.”

Namun ia tidak memerinci sanksi bagi perusahaan asing di Rusia yang beriklan di Facebook dan Instagram.

Sedangkan TASS melaporkan, pengacara Meta Victoria Shagina mengatakan di pengadilan bahwa perusahaan menentang segala jenis Russophobia dan tidak melakukan kegiatan ekstremis.

Pada awal Maret, parlemen Rusia mengesahkan undang-undang yang menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun jika menyebarkan berita palsu yang disengaja tentang militer.

“Sejak dimulainya operasi khusus di Ukraina, pihak berwenang berusaha sepenuhnya mengontrol informasi di negara itu. Kami harus bersiap untuk lebih banyak sensor,” kat, advokat privasi internet Rusia dan anggota Pirate Party of Russia Alexander Isavnin.

“Langkah untuk melarang Meta juga merupakan tanda peringatan terakhir ke YouTube, platform Barat utama terakhir yang tersisa di negara ini,” tambah Isavnin.

Akhir pekan lalu (18/3), pengawas komunikasi Rusia mengecam YouTube. Alasannya, layanan Google ini terlibat dalam tindakan ‘bersifat teroris’ dengan mengizinkan iklan di platform berbagi video yang dinilai dapat merugikan warga Rusia.

"Tindakan administrasi YouTube bersifat teroris dan mengancam kehidupan dan kesehatan warga Rusia," kata regulator.