Pemodal Ventura Lirik Startup dengan Bisnis yang Berdampak Sosial

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/rwa.
Peserta mengikuti pelatihan membuat wayang dari sampah plastik di Ndalem Pakuningratan, Kraton, Yogyakarta, Kamis (8/4/2021).
Editor: Yuliawati
23/4/2021, 13.35 WIB

Semakin banyak perusahaan modal ventura yang tertarik memberikan dana kepada bisnis dengan impact investment atau berdampak sosial. Model bisnis ini tak hanya sekedar mencari keuntungan, tapi bagaimana perusahaan rintisan (startup) memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Builder of Enviu Venture Tauhid Pandji mengatakan pihaknya mempunyai prioritas untuk mendanai perusahaan-perusahaan rintisan yang fokus pada pembangunan berkelanjutan. Setidaknya ada tiga fokus yang dimiliki perusahaan saat ini, pertama, sirkular ekonomi, kedua, sistem makanan, dan ketiga, inklusi keuangan.

"Di Indonesia kami fokus dengan sirkular ekonomi, spesifiknya mengatasi plastik," kata Tauhid dalam Earth Day Forum 2021: Berinvestasi Sekaligus Berdampak Sosial yang diselenggarakan Katadata.co.id, Jumat (23/4).

Alasannya, Indonesia menjadi negara kedua terbesar penyumbang plastik di dunia. Sedangkan kesadaran masyarakat masih kurang dalam memilah sampah plastik. Dari semua sampah yang dibuang tersebut, setidaknya hanya 9% saja yang didaur ulang.

"Mayoritas dibakar dan dibuang ke lingkungan dan sungai sungai. Jadi di situ kami melihat perlu inovasi tidak hanya memperbaiki sistem yang sudah ada," kata Tauhid.

Saat ini Enviu Venture tengah memperkuat nilai pasok dari pembuangan sampah yang lebih efisien. Salah satunya dengan mendorong dari proses daur ulang ke penggunaan kembali.

Tauhid menilai perlu usaha keras untuk mengejar ketertinggalan di sektor ini. Namun, ia optimis peluang di sektor sampah daur ulang cukup besar, apalagi ekosistemnya telah terbentuk.

Meski demikian, ada beberapa hal yang belum terpenuhi. Salah satunya yakni start up yang fokus dalam penanganan sirkular ekonomi. "Itu tantangan bagaimana kami bisa mendong start up yang fokus di sirkular ekonomi. Bagaimana membantu agar Indonesia tidak di peringkat kedua soal sampah," katanya.

Melisa Irene, Partner of East Venture, mengatakan dalam menyuntikkan modal ke perusahaan rintisan mempunyai tantangan dan risiko besar. Namun, tidak semua perusahaan rintisan itu dampak risikonya sama.

Ia mencontohkan ketika East Ventures menyuntikan modal kepada sebuah perusahaan rintisan bernama Aruna. Startup tersebut fokus pada ekosistem perikanan dan perdagangan hasil laut para nelayan.

Platform tersebut ternyata disambut baik oleh para nelayan sehingga bisnisnya berkembang dengan cepat. "Apa yang dilakukan Aruna tidak perlu dilihat ini risikonya tinggi dan memang perlu edukasi yang besar," ujarnya.

Melisa mengatakan perusahaan akan mendalami apa saja yang dibutuhkan perusahaan rintisan demi kelancaran usaha. Seperti membantu mencari jaringan bisnis yang dibutuhkan sehingga saling terhubung dengan yang lainnya.

Indonesia mendapatkan 202 kesepakatan investasi sektor digital hingga semester I 2020. Jumlah kesepakatan ini kedua tertinggi di Asia Tenggara setelah Singapura. Nilainya mencapai US$ 2,8 miliar.  Berikut grafik dalam Databoks:

Reporter: Verda Nano Setiawan