“Satu tahun paska [KTT COP26] Glasgow, belum ada kemajuan global signifikan,” katanya.

Ma’ruf mengatakan pemenuhan dukungan dari negara-negara maju harus terus dilakukan kepada negara berkembang. Ini penting sebab setiap negara memiliki potensi yang berbda-beda sehingga implementasi kebijakan harus disesuaikan dengan kapasitas dan keunggulan setiap negara.

Poin penting lain yang ditekankan oleh Wapres adalah semangat pembagian beban (burden-sharing. “Negara yang lebih mampu harus membantu dan memberdayakan negara lainnya,” kata Ma’ruf.

Dalam kesempatan itu, Wakil Presiden juga memaparkan sejumlah kebijakan yang sudah dilakukan Indonesia dalam upaya penurunan emisi. Ini misalnya dalam hal investasi transisi energi, pendanaan untuk aksi iklim, hingga pengembangan ekosistem kendaraan listrik.

Ma’ruf juga menekankan peran penting Indonesia dalam presidensi G20 yang akan diselenggarakan sepekan ke depan. Menurutnya, Indonesia akan mendorong pemulihan hijau serta aksi iklim yang kuat dan inklusif. Upaya ini juga akan menjadi prioritas Indonesia dalam Keketuaan ASEAN tahun 2023

“Kita harus mengambil langkah konkret dan memperkuat kolaborasi berlandaskan dialog dan kepercayaan. Demi mewujudkan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan,” pungkas Wapres.

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama