Dua Skenario Pertumbuhan Ekonomi Masuk Dokumen Second NDC Indonesia

123RF.com/Dilok Klaisataporn
Indonesia menggunakan dua skenario pertumbuhan ekonomi dalam dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC), untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca 2031-2035.
26/8/2025, 13.16 WIB

Indonesia menggunakan dua skenario pertumbuhan ekonomi dalam dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC), untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca 2031-2035. Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Kementerian Lingkungan Hidup, Ary Sudijanto, mengatakan KLH telah menyusun skenario tersebut dengan melibatkan kementerian/lembaga pengampu sektor energi.

“Dua skenario yang digunakan adalah skenario pertumbuhan ekonomi tinggi dan skenario tingkat pertumbuhan ekonomi rendah,” kata Ary, saat ditemui di Jakarta, pada Senin (25/8).

Pertumbuhan ekonomi rendah ditetapkan pada angka 6,3%. Sementara itu, skenario pertumbuhan ekonomi tinggi pada angka 8%.

Dokumen Second NDC tersebut telah menggunakan emisi tahun 2019 sebagai baseline. Tak lagi menggunakan business as usual, dokumen ini mengacu pada current policy scenario (CPOS) atau skenario kebijakan saat ini.

Ary menambahkan, CPOS merupakan lanjutan dari countermeasure 1 yang sudah ada dalam dokumen Enhanced NDC sebelumnya.

Dokumen Second NDC memproyeksikan puncak emisi gas rumah kaca Indonesia terjadi pada 2030, kecuali untuk sektor energi yang diproyeksikan baru mencapai puncak pada 2035-2038. Selain itu, Indonesia menargetkan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

“Perhitungannya, tahun 2060 sekitar minus 80 juta karbon dioksida ekuivalen, jadi kalau dihitung interpolasinya mungkin 2039 atau 2038 kita mencapai kondisi net zero,” kata Ary.

Ary menargetkan, dokumen Second NDC ini dapat dikirim pada September nanti, sebelum penyelenggaraan KTT Iklim COP30 di Brasil pada November mendatang. 

Dalam dokumen Enhanced NDC sebelumnya, Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca 31,89% dengan upaya sendiri dan 43,2% dengan dukungan internasional hingga 2030.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas