Pendirian Holding Baterai Masih Menanti Izin Kemenkumham

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawan mengganti baterai sepeda motor listrik di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), Gedung Direktorat Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Jakarta, Senin (21/12/2020).
19/4/2021, 13.13 WIB

Selanjutnya, holding bisnis baterai itu akan membangun fasilitas daur ulang baterai. Pelaksananya adalah anak usaha MIND ID, yaitu PT Nasional Hijau Lestari (NHL). Apabila industri baterai ini terbangun, Indonesia memiliki potensi untuk membangun ekosistem industri EV terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Di samping itu, ada dua perusahaan asing yang bakal menggelontorkan dana dalam proyek tersebut. Pertama, produsen baterai asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co Ltd atau CATL sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun.

Kemudian, LG Chem Ltd asal Korea Selatan sebesar US$ 13 miliar hingga US$ 17 miliar (Rp 187,5 triliun sampai Rp 245 triliun).

Dalam kesepakatan kerja sama tersebut, nantinya produk baterai yang dihasilkan tidak hanya fokus untuk mobil listrik saja. Kendaraan roda dua juga bakal menjadi konsumennya.

Targetnya, Indonesia menjadi pemimpin untuk pembuatan baterai kendaraan roda dua dan baterai stabilisator pembangkit listrik energi terbarukan. “Jadi ini perjanjian yang win-win. Mobil kami ngalah. Tapi motor listrik dan stabilisator yang jadi leading sector,” ujar Erick.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan