PLN Cari Pendanaan untuk Bangun 20 GW Pembangkit Listrik EBT pada 2025
PLN mengaku siap untuk menggenjot pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) berkapasitas 20,09 gigawatt (GW) pada 2025. Hal ini seiring dengan kesiapan infrastruktur yang dimiliki perusahaan setrum pelat merah ini.
Direktur Niaga dan Manajemen PLN Bob Syahril mengatakan pihaknya optimis target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 dapat dicapai.
"Kami sudah siap di infrastruktur dan sumber daya alam. Untuk itu kami akan bangun EBT di 2025 sebesar 20,9 GW. Bagaimana kita tinggal mencari sumber pendanaan," kata dia dalam Katadata Road to COP26, Kamis (21/10).
Di dalam transisi energi ini, menurutnya PLN juga akan menggenjot implementasi dari program co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara. Selain itu, perusahaan juga akan mengkonversi 5.200 unit pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
Juga akan mengganti PLTU yang sudah ada tidak mungkin kita padamkan. maka kita akan mengubah menjadi sumber daya menjadi biomassa dengan co-firing. "Seperti PLTS berbasis baterai. Nah ini harapannya adalah mengurangi emisi gas rumah kaca," katanya. Simak databoks berikut:
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai besarnya kebutuhan investasi proyek kelistrikan cukup memberatkan PLN. Namun ia meyakini kemampuan PLN dalam mendapatkan pendanaan tersebut.
"Kondisi PLN saat ini masih dipercaya oleh pihak obligor dalam mendapatkan pinjaman. Rating utang PLN yang saat ini BBB dari S&P, baa2 dari Moody's, dan BBB dari Fitch Ratings, masih bisa dikatakan bagus dan aman," ujarnya kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Di sisi lain PLN sebagai BUMN yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah menjadi jaminan tersendiri untuk meraih kepercayaan dari kreditur. Pemerintah pun diyakini akan tetap membantu keuangan PLN dengan membayar subsidi tepat waktu, termasuk menaikkan tarif listrik.
"Jika memungkinkan, PLN bisa menyesuaikan tarif dasar listrik karena sudah cukup lama tidak mengalami penyesuaian. Jika kondisi perekonomian masyarakat sudah memungkinkan, dan pemerintah bersama DPR menyetujui penyesuaian tarif," kata dia.
Seperti diketahui, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 akhirnya terbit. Penambahan kapasitas pembangkit listrik hingga akhir dekade ini ditargetkan sebesar 40,6 gigawatt (GW), dengan porsi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ditetapkan 51,6% dan fosil 48,4%.
Adapun RUPTL 2021-2030 ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM nomor 188.K/HK.02/MEM.L/2021 tanggal 28 September 2021. Dalam RUPTL yang baru ini jenis pembangkit EBT yang akan didorong lebih besar yakni PLTA, PLTM dan PLTMH. Adapun porsinya mencapai 25,6% dengan total kapasitas 10.391 MW.
Kemudian PLTB mendapat porsi 1,5% (597 MW). PLT Bio 1,5% (590 MW), PLTP 8,3% (3.355 MW), PLTS 11,5% (4.600 ribu MW), PLT EBT Base 2,5% (1.010 MW), dan battery energy storage system (BESS) 0,7% (300 MW).
Adapun kebutuhan investasi per tahun untuk membangun infrastruktur kelistrikan dalam RUPTL tersebut hingga 2030 mencapai Rp 28,5 triliun khusus untuk pembangkit listrik, Rp 21,3 triliun untuk transmisi dan gardu induk, Rp 17,6 triliun untuk distribusi, dan Rp 5 triliun untuk kebutuhan lainnya.
Sehingga total kebutuhan investasi untuk membangun infrastruktur kelistrikan hingga 2030 mencapai Rp 72,4 triliun per tahun. Nilai itu belum termasuk biaya pemeliharaan sekitar Rp 22,5 triliun per tahun.
Selain itu, pemerintah akan lebih mendorong peran produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) yang lebih besar dalam mencapai target penambahan kapasitas pembangkit listrik, termasuk dalam pengembangan pembangkit listrik EBT.
"Pembangunan PLTU yang baru tidak lagi menjadi opsi kecuali yang saat ini sudah commited dan dalam tahap konstruksi. Ini juga untuk membuka peluang dan membuka ruang yang cukup besar untuk pengembangan EBT," kata dia.