Menteri ESDM: Potensi dan Teknologi Jadi Modal Awal Transisi Energi RI

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut modal utama Indonesia untuk melakukan transisi energi adalah potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar dan teknologi.
21/12/2021, 13.27 WIB

Arifin menyadari transisi energi di Indonesia memang memerlukan investasi yang sangat besar. Adapun total investasi, untuk sektor kelistrikan saja misalnya diproyeksikan dapat mencapai US$ 1 triliun hingga 2060 atau US$ 25 miliar per tahun.

Karena itu, dia berharap dengan dukungan teknologi yang kompetitif, pemerintah dapat menekan jumlah investasi yang cukup besar tersebut. Apalagi guna mendorong transisi energi, Kementerian ESDM telah mengesahkan green RUPTL dengan rencana pengembangan porsi pembangkit EBT yang ditetapkan sebesar 51,6% dan fosil 48,4%.

Selain, itu pemerintah juga berencana untuk melakukan pensiun PLTU tahap awal dengan kapasitas 1,1 GW. Kemudian, rencana konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit listrik berbasis energi bersih serta menggenjot program cofiring PLTU.

Meski begitu, pengembangan pembangkit EBT juga harus memperhitungkan keseimbangan antara supply dan demand, kesiapan sistem, keekonomian, serta harus diikuti dengan kemampuan domestik. Khususnya untuk memproduksi industri EBT, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi importir teknologi EBT.

"Melalui pengembangan pembangkit EBT diproyeksikan dapat mengurangi emisi secara signifikan khususnya setelah tahun 2040 pada saat selesainya kontrak pembangkit fosil," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan