Pertamina Internasional Shipping (PIS) menargetkan untuk bisa mengurangi emisi karbon dari operasionalnya hingga sebesar 70-80% pada 2040. Direktur Utama PIS Yoki Firnandi mengatakan ada sejumlah strategi yang sudah disiapkan untuk mencapai target tersebut.
Yoki juga mengatakan bahwa logistik maritim yang menyumbang sekitar 1 miliar ton emisi karbon setiap tahunnya. Dengan jumlah yang sangat besar itu telah mengambil porsi sekitar 3% dari jumlah total emisi global.
Meski begitu, Yoki optimis PIS bisa menekan emisi hingga 80% di 2040 mendatang. Dia juga yakin bahwa PIS bisa beroperasional tanpa menghasilkan emisi atau akan net zero emission (NZE) pada 2050.
“Kami menargetkan kurang lebih emisi sudah di bisa diturunkan sebesar 70-80% pada 2040, dan emisi bisa terus turun hingga tahun 2050 itu bisa menjadi Net Zero Emission,” ujarnya dalam acara Katadata Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2023, di Jakarta, Selasa (26/9).
Dia mengatakan, rasa optimis itu muncul karena terdapat sejumlah cara yang bisa mempengaruhi penurunan emisi di sektor logistik laut. Pertama, terkait ketersediaan kapal dengan teknologi baru yang bisa menggunakan bahan bakar rendah emisi.
“Jadi, kapal-kapal yang digunakan, akan tetap bisa menggunakan fossil fuel, namun yang lebih ramah lingkungan,” kata Yoki.
Kemudian yang kedua, Pertamina International Shipping juga akan mengakomodir rantai pasok energi masa depan atau supply chain future energy untuk menjadi angkutan amonia. Menurut Yoki saat ini perusahaan telah punya kapal untuk angkutan amonia.
Selanjutnya cara yang ketiga, kata Yoki, pemerintah segera memudahkan akses pendanaan untuk mendorong sektor logistik maritim. Pasalnya, logistik maritim saat ini makin serius menekan emisi karbon dari operasionalnya. “Nantinya dana itu bisa digunakan untuk melakukan upgrade sarana atau kapal yang digunakan,” kata dia.
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengklaim telah mengalokasikan belanja modal sebesar 15% untuk mengembangkan bisnis berorientasi nol emisi karbon atau net zero emission.
“Kami juga mengalokasikan belanja modal sebesar 15% untuk mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan. Ini untuk mendukung target pemerintah mencapai net zero emission,” kata Nicke dalam CEO Forum of ASEAN Summit, Rabu (6/9).
Dia memaparkan belanja modal ini dialokasikan untuk pengembangan energi panas bumi atau geothermal, pembangkit listrik tenaga angin atau PLTA, dan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS. Nicke juga berencana mengalihkan bisnis utamanya di bidang energi konvensional menjadi bisnis energi bersih secara perlahan-lahan.
Meski begitu Nicke mengatakan untuk saat ini perusahaan akan tetap fokus menjalankan bisnis minyak dan gas atau migas. Menurut dia, Pertamina berhasil mengurangi 31% emisi karbon dari operasional internal sampai tahun lalu.
Dengan pencapaian tersebut, kini Pertamina menduduki peringkat ke-2 terbaik dalam kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau ESG secara global pada sub sektor migas.
SAFE Forum 2023 akan menghadirkan lebih dari 40 pembicara yang akan mengisi 15 lebih sesi dengan berbagai macam topik. Mengangkat tema "Let's Take Action", #KatadataSAFE2023 menjadi platform untuk memfasilitasi tindakan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan yang disatukan oleh misi menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih hijau. Informasi selengkapnya di sini.