Bertemu Tony Blair, Jokowi Bahas Rencana Proyek EBT di IKN hingga CCS

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.
Mantan Perdana Menteri Inggris yang juga merupakan Dewan Penasihat Ibu Kota Nusantara (IKN) Tony Blair (kanan) berjalan keluar usai melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/3/2023).
18/4/2024, 18.27 WIB

Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/4). Dalam kesempatan tersebut, mereka membahas kerjasama proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) di Ibu Kota Nusantara (IKN) hingga pemanfaatan carbon storage (CCS) atau penyimpanan karbon di Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB) Abdullah Azwar Anas.

Bahlil mengatakan, pertemuan tersebut  menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah satunya pembangunan fasilitas solar panel di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan dikerjakan bersama dengan Persatuan Emirat Arab (UEA). Investasi tersebut nantinya akan difasilitasi oleh Tony Blair Institute.

“Inisiatif ini akan difasilitasi oleh Tony Blair dan merupakan bagian dari kerja sama lebih luas di bidang energi baru terbarukan dan logistik,” kata Bahlil dalam keterangan tertulis, Kamis (18/4).

Selain itu, pembahasan juga mencakup rencana pemanfaatan carbon capture storage (CCS) di Indonesia. Carbon capture  storage merupakan teknologi yang akan digunakan untuk memitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.

Bahlil menjelaskan skema untuk hal itu telah diputuskan dengan pembiayaan 70% dari pendanaan dalam negeri dan 30% berasal dari luar negeri. Dari skema tersebut diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan negara baru.

20 Cekungan Migas Berpotensi Jadi Lokasi CCS

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan ada 20 cekungan migas yang berproduksi di Indonesia dan mempunyai potensi penyimpanan karbon yang sangat menjanjikan. Hal itu didapatkan berdasarkan hasil penelitian tim dari Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Kementerian ESDM.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji mengatakan dari 20 cekungan tersebut terdapat potensi besar penyimpanan karbon saline aquifer sebesar 572,77 Gigaton. Sementara potensi depleted oil & gas reservoirs sebesar 4,85 Gigaton.

 “Angka tersebut masih dalam rentang penelitian yang disampaikan lembaga lain,” kata Tutuka dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Kamis (22/2).

Tutuka mengatakan, data yang didapat lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rystad Energy dengan potensi sebesar 400 Gigaton. Data ini akan berkembang dan pihaknyan terus memperbaharui potensi penyimpanan karbon di Indonesia.

"Mengingat saat ini di Indonesia memiliki 128 cekungan migas, dan yang sudah diteliti baru 20 cekungan yang berproduksi," ujarnya.

Adapun potensi penyimpanan karbon saline aquifer berada pada cekungan sebagai berikut:

  1. Cekungan North East Java sebesar 100,83 Gigaton;
  2. Tarakan 91,92 Gigaton;
  3. North Sumatera 53,34 Gigaton;
  4. Makassar Strait 50,7 Gigaton;
  5. Central Sumatera 43,54 Gigaton;
  6. Kutai 43 Gigaton;
  7. Banggai 40,31 Gigaton;
  8. South Sumatera 39,69 Gigaton;
  9. Kendeng 30,64 Gigaton;
  10. West Natuna 13,15 Gigaton;
  11. Barito 12,05 Gigaton;
  12. Seram 11,58 Gigaton;
  13. Pasir 10,36 Gigaton;
  14.  Salawati 8,75 Gigaton;
  15. West Java 7,22 Gigaton;
  16. Sunda Asri 6,52 Gigaton;
  17. Sengkang 4,31 Gigaton;
  18. Bintuni 2,13 Gigaton;
  19. North Serayu 1,55 Gigaton;
  20. Bawean 1,16 Gigaton.
Reporter: Rena Laila Wuri