Kementerian ESDM telah menyiapkan skenario adopsi hidrogen sebagai sumber energi hingga 2060. Adopsi hidrogen ditargetkan akan dimulai pada 2025 dengan total konsumsi setidaknya 125.594-245.462 ton.
Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT Kementerian ESDM Tony Susandy memaparkan adopsi hidrogen akan dilakukan oleh sektor manufaktur, transportasi, pembangkit listrik, dan jaringan gas (jargas). Menurutnya, adopsi hidrogen oleh transportasi baru dilakukan pada 2030 dengan potensi konsumsi 612 ton.
Walau demikian, Tony mencatat telah ada kendaraan listrik sel bahan bakar khusus atau FCEV yang telah mengaspal di dalam negeri, yakni Hyundai Nexo. Adapun kapasitas maksimal tangki Hyundai Nexo adalah 6,3 kilogram hidrogen dengan jarak tempuh 611 kilometer.
"Permintaan hidrogen pada 2060 setara dengan 178,9 juta Hyundai Nexo dengan jarak perjalanan 109,3 juta kilometer," kata Toni dalam Investor Trust Future Forum: Potensi Besar dan Masa Depan Mobil Hidrogen, Kamis (16/5).
Toni menunjukkan konsumsi hidrogen pada sektor transportasi baru menembus 100.000 ton atau menjadi 123.879 ton pada 2045. Menurutnya, angka tersebut akan naik hampir 10 kali lipat pada 2060 menjadi 1,12 juta ton.
Toni menyampaikan ada dua sektor yang mulai mengadopsi hidrogen sebagai sumber energi pada 2025, yakni manufaktur dengan 120.076 ton, dan jaringan gas dengan 5.517,7 ton. Penggunaan hidrogen oleh sektor manufaktur akan difokuskan pada industri yang sulit melakukan dekarbonisasi, yakni semen, besi dan baja, dan kimia.
Toni memproyeksikan konsumsi hidrogen oleh sektor manufaktur akan menembus 1 juta ton atau menjadi 1,54 juta ton pada 2045. Angka tersebut akan naik 152% menjadi 3,91 juta ton pada 2060.
Sementara itu, adopsi hidrogen pada jaringan gas diproyeksi tidak secepat sektor lainnya. Sebab, permintaan hidrogen pada jaringan gas hanya akan mencapai 225.064 ton pada 2060.
Toni meramalkan sektor yang paling lambat dalam mengadopsi hidrogen adalah pembangkit listrik atau pada 2045 sejumlah 141.690 ton. Akan tetapi, konsumsi hidrogen oleh pembangkit listrik akan menjadi yang terbesar pada 2060 atau hingga 4,58 juta ton.
Untuk diketahui, kajian Strategi Hidrogen Nasional menemukan potensi hidrogen hijau Indonesia bisa mencapai 185.101 Gigawatt hours (GWh) pada 2060. Potensi terbesar ada di Nusa Tenggara mencapai 16.572 Gwh, Sumatera Selatan 14.384 GWh dan Riau 14.402 GWh.
"Indonesia juga memiliki potensi permintaan hidrogen yang besar, mencakup berbagai sektor, termasuk listrik, transportasi, industri, kilang, dan gas kota," tulis laporan Kementerian ESDM.