Pertamina akan Pasang PLTS 500 MW di Area Operasi Hulu hingga Hilir

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Petugas merawat panel surya yang terpasang di atap Gedung Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM), Jakarta.
2/8/2021, 13.11 WIB

Subholding Pertamina NRE (PNRE) menargetkan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di beberapa lokasi operasi grup perusahaan, dengan total potensi kapasitas terpasang sebesar 500 megawatt (MW).

Rencana tersebut sejalan dengan target bauran energi serta penurunan emisi gas rumah kaca di Pertamina Group sebesar 30% pada tahun 2030, dan efisiensi biaya listrik.

“Selain lebih ramah lingkungan, penggunaan PLTS di Pertamina group juga terkait erat dengan efisiensi yang didapatkan, yaitu lebih menghemat pengeluaran biaya listrik,” ujar Chief Executive Officer PNRE Dannif Danusaputro melalui keterangan tertulis, Senin (8/2).

Dampak positif lainnya yakni penggunaan PLTS 500 MW berpotensi mengurangi emisi karbon sebesar 630 ribu ton per tahun. Selain itu, inisiatif ini merupakan salah satu bagian dari peta jalan ESG yang terintegrasi dalam bisnis Pertamina untuk mendukung upaya menahan laju perubahan iklim.

“PNRE akan terus tancap gas untuk transisi energi. Kita harus melihat bahwa pengembangan EBT, termasuk PLTS, adalah investasi masa depan bagi siapapun tak terkecuali pelaku bisnis,” ujar Dannif.

Dia menjelaskan bahwa PLTS dipasang di fasilitas inti operasi seperti wilayah kerja hulu migas, kilang minyak, terminal BBM, dan SPBU. Selain itu juga di fasilitas pendukung seperti perkantoran, perumahan dan aset lainnya yang tersebar dalam ekosistem bisnis hulu sampai ke hilir.

Pertamina membangun PLTS secara bertahap mulai akhir tahun 2020, dengan target 50 MW hingga akhir 2021. Ini termasuk 1.000 SPBU Pertamina di pulau Jawa. Saat ini, Pertamina telah selesai membangun PLTS di terminal LNG Badak, Kilang Dumai, Kilang Cilacap, KEK Sei Mangkei, serta di sejumlah SPBU.

Fasilitas PLTS di Kilang Cilacap berkapasitas 1,34 megawatt (MW). Pjs. SVP Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, keseluruhan nilai proyek PLTS Kilang Cilacap sebesar US$ 1,3 juta atau sekitar Rp 18,8 miliar. Jaringan PLTS ini mencakup fasilitas pendukung Kilang Cilacap lainnya.

Fasilitas pendukung kilang Cilacap juga akan dibangun di area Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC), Gelanggang Olah Raga Kilang Cilacap serta kawasan perumahan di Katilayu dan di Gunung Simping.

“Kapasitas tenaga yang sedang dibangun ini akan mengurangi sekitar 13,5% energi dari penggunaan daya listrik eksisting, yakni bahan bakar fosil yang selama ini digunakan,” kata Fajriyah.

Pemerintah Targetkan Bangun PLTS 2.145 MW hingga 2030

Pemerintah menargetkan pembangunan PLTS atap mencapai 2.145 megawatt (MW) sepanjang 2021-2030. Dari jumlah tersebut, pembangunan PLTS atap akan didominasi untuk bangunan dan fasilitas BUMN, yakni 742 MW. Kelompok rumah tangga menyusul sebesar 648,7 MW.

Industri dan bisnis akan menjadi sektor yang menikmati PLTS atap dengan kapasitas mencapai 624,2 MW. Pembangunan PLTS atap untuk pelanggan PLN dan kelompok sosial ditargetkan sebesar 68,8 MW. Sedangkan, pembangunan PLTS atap untuk gedung pemerintah mencapai 42,9 MW.

Pembangunan PLTS atap bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga lebih dari 3 juta ton CO2e. Sejauh ini, pemerintah telah membangun PLTS atap dengan kapasitas terpasang mencapai 21,40 MWp. Simak databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan