Kementerian ESDM memproyeksi kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya alias PLTS atap hingga 2030 rencananya di kisaran 6,4 gigawatt (GW). Hal tersebut mempertimbangkan kondisi kelebihan pasokan atau oversupply listrik yang dialami PLN saat ini.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Chrisnawan Anditya mengatakan dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, besaran kapasitas PLTS yang akan dibangun hingga 2030 yakni 6,4 GW. Adapun pembahasan draft RUPTL 2021-2030 sendiri masih dalam tahap finalisasi.
"Saat ini RUPTL masih difinalisasi. Angka PLTS yang akan dibangun berada pada kisaran 6,4 GW. Di luar RUPTL itu ada target PLTS Atap sebesar 3,6 GW sampai 2025," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (10/9).
Menurut dia RUPTL kali ini akan jauh berbeda jika dibandingkan RUPTL RUPTL 2019-2028 sebelumnya. Dimana dalam RUPTL kali ini porsi energi baru terbarukan (EBT) akan lebih dominan dibandingkan energi fosil. "Yang baru bisa kita lihat untuk EBT angkanya itu totalnya pembangkit baru ini lebih tinggi daripada fosil," katanya.
PLN pun mengklaim RUPTL periode 2021-2030 sebagai yang paling hijau alias ramah lingkungan. Pasalnya, porsi pembangkit EBT yang diusulkan kembali naik menjadi 51,6% dalam draft RUPTL.
Sebuah laporan menyebutkan bahwa sektor kelistrikan Indonesia dapat mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada 2025 dengan mengembangkan PLTS berkapasitas 18 GW. Pengembangan PLTS tersebut kemudian dapat mendatangkan investasi hingga US$ 14,4 miliar (Rp 205 triliun).
Simak potensi EBT Indonesia pada databoks berikut:
Laporan tersebut berjudul "Scaling Up Solar in Indonesia: Reform and Opportunity", yang dirilis BloombergNEF, Bloomberg Philanthropies, dan Institute for Essential Services Reform (IESR).
Senior Associate, Southeast Asia BloombergNEF, Caroline Chua, menilai target 18 GW PLTS sangat memungkinkan untuk direalisasikan. Mengingat ada beberapa negara, seperti Vietnam, yang dapat meningkatkan kapasitas terpasang PLTS secara signifikan.
"Target bauran EBT 23% 2025 dapat dicapai dengan singkat dengan energi surya, dan untuk perekonomian juga akan meningkat," kata dia dalam acara peluncuran laporan secara virtual, Kamis (9/9).
Secara garis besar, laporan ini menjabarkan peta jalan bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitas tenaga surya secara signifikan, yang saat ini hanya 1% dari potensi yang ada. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia akan semakin menarik bagi investor global seiring transisi ke EBT.
Peningkatan pesat ini dapat saja terjadi mengingat waktu pasang PLTS yang singkat dan biaya pemasangannya yang semakin murah. Saat ini, harga listrik PLTS berkisar US$ 65-137 per MWh. Namun diperkirakan turun menjadi US$ 27-48 per MWh pada 2030.