Anak usaha Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara gencar melakukan ekspansi di penghujung akhir 2021. Berbagai cara dilakukan perusahaan dengan kode emiten TOWR tersebut, termasuk jalur akuisisi.
Teranyar, entitas anak usaha TOWR yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia atau dikenal Protelindo telah mengakuisisi 94,03 % atau Rp 16,7 triliun saham milik PT Solusi Tunas Pratama. Alhasil, Protelindo menjadi pemegang saham pengendali bagi perusahaan infrastruktur telekomunikasi tersebut.
Tujuan pengambilalihan Solusi Tunas Pratama oleh Protelindo adalah untuk pengembangan usaha Protelindo, serta perluasan jaringan usaha. Harapannya, anak usaha TOWR itu dapat memperkuat posisinya sebagai pemilik dan operator tower independen Indonesia.
Berkat akuisisi itu pula, perusahaan dengan kode saham TOWR berpotensi menjadi perusahaan menara telekomunikasi swasta terbesar di Indonesia. Dilansir dari laman resmi perusahaan, hingga kuartal II-2021, TOWR memiliki dan mengoperasikan 21.575 menara. Di mana, 52% tersebar di Jawa dan sisanya 48 % di luar Jawa, dengan 40.158 penyewa total per Juni 2021.
Sementara itu, sumber pendanaan untuk akuisisi diperoleh TOWR dari pinjaman dana sebesar Rp 14 triliun dan menggunakan fasilitas pinjaman dana sebesar Rp 2,7 triliun. Tercatat akuisisi ini adalah transaksi terbesar yang pernah dilakukan Sarana Menara dalam enam tahun belakangan.
Saat ini, Solusi Tunas Pratama termasuk dalam perusahaan tower independen terbesar ketiga se-Indonesia dengan jumlah 6.780 tower, 12.500 penyewaan, dan lebih dari 9.000 km jaringan serat optik. Dengan adanya akuisisi Solusi Tunas Pratama dan Protelindo, maka TOWR akan memiliki 28.300 tower dengan kisaran 53.000 penyewa dan lebih dari 67.800 km jaringan kabel fiber optic dari hasil aksi korporasi tersebut.
Meregang Kinerja Keuangan Positif TOWR
Melansir laporan keuangan kuartal II-2021, kinerja TOWR berhasil membukukan pertumbuhan laba dan pendapatan di tengah terpaan pandemi Covid-19. Untuk pendapatan perusahaan per Juni 2021 tercatat naik 7,7% menjadi Rp 3,97 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 3,68 triliun.
Capaian pendapatan yang positif didukung bisnis usaha sewa menara telekomunikasi kepada pihak ketiga yang berkontribusi 98 % terhadap total pendapatan, atau sebanyak Rp 3,9 triliun. Adapun Beberapa penyewa jasa SMN ini antara lain PT Telekomunikasi Selular, PT Hutchison 3 Indonesia, PT XL Axiata, PT Indosat, hingga Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan cenderung stagnan dikisaran Rp 1,08 triliun. Alhasil, per Juni 2021 perusahaan menara telekomunikasi tersebut mampu membukukan laba periode berjalan naik 29 % menjadi Rp 1,7 triliun, dibandingkan catatan Rp 1,3 triliun tahun lalu.
Di sisi lain, harga saham TOWR juga terus bergerak di zona hijau dalam beberapa tahun terakhir naik. Dikutip dari RTI, harga saham TOWR meningkat 22,4% per Kamis (11/11) dari posisi akhir tahun 2020 (year to date).
Saat ini, pemegang saham pengendali Sarana Menara Nusantara adalah PT Sapta Adhikari Investama (SAI), bagian dari Grup Djarum. Porsi kepemilikan SAI pada saham TOWR sebanyak 52,14%, sementara masyarakat menguasai 43,6 % atau sekitar 22,3 miliar lembar saham emiten menara telekomunikasi tersebut.
Sinyal Menara TOWR Lahir di Kudus
Perusahaan TOWR pertama kali berdiri Kudus, Jawa Tengah pada 2008 silam. Bisnis awalnya yakni berinvestasi pada perusahaan yang memiliki menara telekomunikasi, kemudian menyewakannya pada perusahaan komunikasi nirkabel.
Sarana Menara Nusantara pun mengawali kegiatan usahanya dengan mengakuisisi 99,9 % saham Protelindo, perusahaan menara telekomunikasi yang sudah berdiri dari 2003. Dengan begitu, seluruh kegiatan usaha dan kegiatan operasional bisnis TOWR dijalankan melalui Protelindo.
Kegiatan usaha utama Protelindo adalah penyewaan ruang untuk lokasi menara, yang dapat digunakan bersama oleh operator nirkabel di Indonesia dengan perjanjian sewa jangka panjang. Tempat yang disewakan terdiri dari ruang vertikal pada menara, serta memasang antena frekuensi radio dan antena microwave. Ada juga ruang lahan untuk penempatan shelter dan kabinet tempat penyimpanan perangkat elektronik dan penyediaan listrik.
Tak hanya itu, manajemen juga mengklaim kalau portofolio menara Protekindo yang baru merupakan yang terbesar di Indonesia dan terluas secara geografis. Dengan begitu, TOWR mampu memberikan cakupan layanan di seluruh kepulauan Indonesia.
Dua tahun sejak berdirinya TOWR, perusahaan tersebut memutuskan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia alias BEI. Masuknya Sarana Menara ke bursa Tanah Air dilakukan lewat initial public offering atau IPO pada Maret 2010.
Sebanyak 112,23 juta lembar saham ditebar Sarana Menara dengan harga penawaran awal Rp 1.050 per lembar saham. Dari aksi korporasi tersebut, TOWR berhasil mengantongi dana segar sebanyak Rp 117,84 miliar.
Selanjutnya, TOWR masih rajin melakukan aksi akuisisi. Pada Juli 2015 perusahaan Grup Djarum tersebut mengakuisisi Iforte Solusi Infotek (Iforte). Iforte merupakan perusahaan penyedia menara micro-cell serta memiliki dan mengoperasikan jaringan kabel serat optik.
Selama 2020, semasa awal pandemi Protelindo telah mendapatkan afirmasi atas Standard & Poor's Corporate Credit Rating yaitu tetap BBB (dengan stable outlook), upgrade atas Fitch rating yaitu menjadi BBB/AAA (dengan stable outlook), dan afirmasi atas Moody’s rating yaitu tetap Baa3. Per Agustus 2021, SMN telah memiliki 22% dari total seluruh menara telekomunikasi yang ada di Indonesia.
Di sisi lain, Presiden Direktur TOWR Ferdinandus Aming Santoso bukanlah orang asing di jajaran pejabat Grup Djarum. Dia diketahui turut memegang jabatan penting di beberapa anak perusahaan Grup Djarum, seperti Direktur PT Unitras Energy, Direktur Utama PT Cipta Karya Bumi, Komisioner Presiden PT BCA Sekuritas, dan Komisaris PT Grand Indonesia.
Pria pria kelahiran 1964 tersebut, pernah bekerja sebagai Business Advisor pada Arthur Andersen Global Ferdinandus. Ferdinandus merupakan alumni Universitas Tarumanegara, jurusan Akuntansi dengan tahun kelulusan 1988.
Ferdinandus ditunjuk sebagai Presiden Direktur berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa Perseroan tanggal 20 November 2015. Bersamaan dengan jabatan tersebut, Ferdinandus juga menjabat sebagai Direktur Utama Protelindo.