Bursa Efek Indonesia kedatangan perusahaan pengolahan minyak kelapa pada akhir tahun lalu, yakni Indo Pureco Pratama. Baru berdiri dua tahun, emiten ini dikenal dengan penjualan produk olahan kelapa pertama mereka, yaitu Virgin Coconut Oil (VCO). 

Berdasarkan data RTI Business, selama sebulan terakhir harga saham IPPE sudah melonjak 186,4 %. Indo Pureco melantai di BEI sejak 9 Desember 2021. Perusahaan ini menawarkan satu miliar lembar saham atau setara 21,74 % dari total saham perusahaan dengan harga Rp 100 per lembar. Hingga hari ini, IPPE memiliki kapitalisasi pasar Rp 2,13 triliun.

Pertengahan Februari ini, emiten dengan kode saham IPPE itu masuk pantauan unusual market activity (UMA) BEI, lantaran pergerakan harga saham yang terlampau tinggi. Kondisi tersebut membuat harga saham IPPE sempat melandai. Adapun per Rabu (23/2) saham Indo Pureco ditutup turun 6,92 % ke level Rp 498 per lembar, dari perdagangan sebelumnya Rp 535.

Pemegang saham Indo Pureco terbesar adalah PT Lembur Sadaya Investama dengan jumlah 1,62 miliar lembar saham atau setara 35,22 %. Kemudian, PT Sapihanean Pangan Lestari memegang 1,45 miliar lembar yang setara dengan 31,67 % saham perusahaan. Publik berada di posisi ketiga dengan porsi 21,85 % atau 1 miliar lembar saham. 

Perusahaan pengolahan kelapa ini dipimpin oleh Komisaris Utama Tresna Setia Budi, seorang lulusan Kedokteran Hewan dari Universitas Airlangga tahun 1997. Kariernya dimulai sebagai seorang field technical support di PT Medion Farma sejak 1999 hingga 2003.

Tresna juga pernah menjadi Head of Region di wilayah Sumatera Utara ketika bekerja di PT Indojaya Agrinusa (Japfa Comfeed Group) dari 2013 hingga 2017. Sebelum didapuk menjadi komisaris utama, jabatan terakhirnya adalah Head of Region di wilayah Pekanbaru, Balikpapan, dan Samarinda di PT Intertama Trikencana Bersinar pada 2017.

Direktur Utama Indo Pureco Pratama Syahmenan. Dia memegang dua gelar sarjana di waktu yang sama, yaitu Sarjana Teknik Kimia dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dan Sarjana Kimia dari Universitas Gajah Mada di tahun 1993.

Syahmenan lama bekerja di PT Bakrie Brothers sebagai engineer hingga planning dan development dari 1995 hingga 1999. Melansir dari laman resmi perusahaan, jabatan terakhirnya sebelum menduduki Direktur Utama IPPE adalah direktur dari PT Tirta Daya Nusantara di 2010.

Indo Pureco Akuisisi Perusahaan Senior

Indo Pureco Pratama (Indo Pureco Pratama)

Indo Pureco  berdiri pada Maret 2019 di Subang, Jawa Barat dan dua bulan kemudian baru memulai penjualan produk olahan kelapa pertama mereka, yaitu Virgin Coconut Oil (VCO). Meskipun terbilang perusahaan anyar, Indo Pureco berhasil mengakuisisi 99 % saham PT Agrindo Lestari Jaya (ALJ).

Perusahaan dengan kode saham IPPE ini mulai membeli lahan dan pada November 2020 mengakuisisi ALJ, perusahaan yang berdiri di Subang pada 2008. Agrindo Lestari memiliki lahan seluas 13.587 hektare di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah yang akan dimanfaatkan Indo Pureco sebagai perkebunan kelapa untuk menopang bahan baku produk perusahaan. 

Indo Pureco sendiri sudah membangun pabrik dan instalasi mesin untuk melakukan diversifikasi produknya sejak Juni 2019. Pabrik Indo Pureco terletak di Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasilnya, pada September 2019 Indo Pureco memproduksi serta menjual tidak hanya VCO, juga Crude Coconut Oil (CCO) dan copra meal (CM).

Setahun kemudian, tepatnya pada September 2020, Indo Pureco mulai mencoba memperluas pabrik dan unit usaha. Hingga akhir 2020, Indo Pureco memiliki kapasitas produksi sebesar 3.640 ton kopra per tahun. Kapasitas itu sudah berhasil diberdayakan sebesar 39 % atau setara 1.417 ton kopra per tahun.

Dengan dana IPO yang sudah diterima akhir tahun lalu, Indo Pureco berencana membangun satu pabrik baru di daerah yang sama dengan pabrik sebelumnya, namun fokusnya untuk memproduksi CCO. 

Olahan Kelapa a la Indo Pureco

Salah satu keunggulan dari Indo Pureco Pratama yakni mengolah dan menjual kelapa, baik dari minyak hingga elemen kering berupa sisa ekstraksi kelapa. Ada tiga jenis minyak kelapa yang dijual Indo Pureco Utama, yaitu Virgin Coconut Oil (VCO), Pure Coconut Oil (PCO), dan Crude Coconut Oil (CCO).

VCO adalah hasil dari ekstraksi kelapa dan mengandung asam lemak yang dapat dijadikan sebagai suplemen bagi tubuh. Di mata pelanggan global, VCO memiliki citra sebagai minyak yang sehat, sebab dapat menurunkan kadar kolesterol dan obesitas. Minyak ini tinggi kandungan lauric acid, rendah kandungan PFA (polyunsaturated fatty acid), dan tidak ada kandungan trans-fatty acid

PCO juga diperoleh dari hasil ekstraksi kelapa, namun fungsinya untuk menjadi minyak goreng. Untuk produk ini, IPPE lebih fokus untuk menjual kepada pelaku industri yang butuh bahan baku minyak goreng kelapa. Di sisi lain, CCO diperoleh dari daging kelapa dan berfungsi sebagai bahan baku produk lainnya, seperti VCO, minyak goreng, sabun, hingga kosmetik. Target konsumen CCO ini berada di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah

Sisa ekstraksi kelapa ini bernama copra meal (CM), sebuah bungkil kelapa dari sisa kelapa kering atau kopra. CM digunakan sebagai bahan pakan ternak sebab tinggi akan protein. Untuk CM ini, IPPE fokus memasarkan di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.

Indo Pureco Pratama (Indo Pureco Pratama)

Untuk memperoleh bahan baku berupa kopra atau kelapa kering, Indo Pureco mempunyai enam mitra yang tersebar di Manado, Riau, dan Jambi. Kehadiran anak perusahaan, yaitu ALJ di Kalimantan Tengah, menjadikan Indo Pureco optimisitis dapat memenuhi persediaan dan kualitas bahan baku kopra.

Meski bahan baku berasal dari Sumatera dan Sulawesi, Indo Pureco memasarkan produknya di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Metode pemasaran yang digunakan sendiri adalah direct selling kepada pelaku industri yang membutuhkan minyak kelapa.

Perusahaan menyatakan, terdapat 10 pelanggan yang berkontribusi besar terhadap pemasaran minyak kelapa Indo Pureco. Dari 10 pelanggan tersebut, 50 % atau lima di antaranya berasal dari Jakarta, sementara lainnya dari Bekasi, Banten, Subang, dan Tangerang Selatan.

Reporter: Amelia Yesidora