Lahir Saat Oil Boom, Pelita Air Dikabarkan Merger dengan Garuda

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Pesawat udara maskapai penerbangan Pelita Air bersiap lepas landas di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (12/4/2023).
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
23/8/2023, 12.09 WIB

Kementerian Badan Usaha Milik Negara berencana menggabungkan tiga perusahaan aviasi pelat merah. Mereka adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Citilink, dan Pelita Air. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan kementeriannya bakal mengupayakan agar biaya logistik Indonesia terus turun untuk meringankan dunia bisnis. Karena itu, ia meminta agar efisiensi menjadi agenda utama BUMN. 

Sebelumnya, Kementerian telah menggabungkan empat perusahaan layanan jasa pelabuhan menjadi satu, yakni PT Pelabuhan Indonesia alias Pelindo. Kini Erick menyebut langkah serupa akan dilanjutkan ke klaster maskapai penerbangan. 

“BUMN terus menekan ongkos logistik. Sebelumnya mencapai 23%, sekarang jadi 11%. Kami upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan biaya,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (22/8). 

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut masih belum ada keputusan final terkait rencana merger tersebut. Citilink dan Garuda berada dalam satu grup perusahaan.

Hanya Pelita Air yang berada di luar grup Garuda Indonesia. "Kami sampaikan hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif,” katanya dalam keterangan tertulis kemarin. 

PENERBANGAN PERDANA MASKAPAI PELITA AIR (ANTARA FOTO/Fauzan/tom.)

Pelita Air, Usaha Pertamina Memaksimalkan Oil Boom

Sebelum dikenal sebagai maskapai penerbangan komersial seperti sekarang, Pelita Air bergerak di bidang perminyakan nasional. Melansir laporan tahunan Pelita Air, perusahaan berdiri pada 1963 sebagai salah satu divisi pelayanan transportasi udara milik Pertamina. Nama awalnya adalah Pertamina Air Service.

Tujuh tahun kemudian, barulah nama Pelita Air lahir. Ini seiring dengan perubahan Pertamina Air Service yang menjadi lembaga usaha sendiri. Akhirnya, PT Pelita Air Service resmi menjadi anak perusahaan Pertamina per 24 Januari 1970. 

Pertamina membuka lini bisnis baru ini seiring dengan adanya oil boom yang membuat harga minyak melonjak tinggi. Pelita Air Service kemudian banyak melayani penyewaan alias charter penerbangan untuk perusahaan minyak, baik domestik maupun asing.

Perusahaan lalu mendirikan anak perusahaan baru pada 1987 bernama PT Indopelita Aircraft Services. Perusahaan ini bergerak di bidang perawatan armada pesawat. 

Awal abad milenium menandai era baru Pelita Air. Tepat pada 2000, perusahaan tidak hanya melayani jasa sewa penerbangan industri migas di bisnis utama. Mereka mulai merambah bisnis penerbangan reguler. 

Sayangnya bisnis ini hanya bertahan lima tahun. Pada 2005 perseroan menutup bisnis penerbangan reguler ini dan kembali ke bisnis charter pesawat udara. “Penutupan terkait hasil bisnis penerbangan reguler yang tidak sebaik bisnis penerbangan charter,” tulis laporan tahunan Pelita Air Tahun 2021.

Lini bisnis baru dibuka pada 2016, perseroan menawarkan penerbangan charter dan juga kargo bahan bakar minyak. Setahun berselang, Pertamina mempercayakan pengelolaan lapangan terbang milik perusahaan. Dua di antaranya ialah Bandara Pondok Cabe di Tangerang Selatan serta Bandara Warukin di Kalimantan Selatan. 

PENERBANGAN PERDANA MASKAPAI PELITA AIR (ANTARA FOTO/Fauzan/tom.)

Kembali Menawarkan Penerbangan Reguler

Akhirnya pada 2018, perusahaan menetapkan kegiatan bisnis menjadi empat. Pertama, penerbangan, mulai dari charter kepada perusahaan migas, pemerintah, kargo, hingga evakuasi medis. Kemudian, pelatihan penerbangan, pemelihataan pesawat, dan jasa lain yang terdiri dari pengelolaan bandara dan pusat logistik.

Dalam perkembangannya, perusahaan akhirnya membuka layanan penerbangan reguler kembali pada 2021 sehingga ada lima pilar bisnis. Pelita Air Service juga mengelola satu bandara tambahan, yakni Bandara Pinang Kampai di Dumai, Riau. 

Pada 2022 lalu, perusahaan tengah mengurus Surat Izin Usaha Angkutan Udara (SIUAU) dan air operator certificate (AOC). Perizinan pembukaan rute penerbangan itu diajukan untuk mendukung program holding BUMN pariwisata dan pendukung. Pelita Air masuk sebagai anggota induk usaha tersebut.

Dari laman resmi perusahaan diketahui Pelita Air melayani delapan rute penerbangan domestik dari Jakarta. Rute tujuan ini mencakup kota Padang, Pekanbaru, Palembang di Sumatera. Beranjak ke Kalimantan, maskapai ini melayani penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak dan Balikpapan. Selain itu, Pelita Air juga terbang ke Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. 

Reporter: Amelia Yesidora