IHSG Rontok 28% Selama Kuartal I karena Saham-saham Ini

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Ilustrasi, petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
2/4/2020, 13.32 WIB

Bahkan, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN anjlok 65,56% menjadi Rp 775 per lembar. (Baca: IHSG Sesi I Naik Tipis 0,3% di Tengah Penurunan Bursa Saham Asia)

Dari sektor perbankan, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) memimpin penurunan, dengan harga saham anjlok 51,8% menjadi Rp 3.820 per lembar. Lalu, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 39,61% di Rp 4.680 per lembar.

Begitu juga harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing turun 31,83% dan 17,48%. Alhasil, harga saham keduanya yakni Rp 3.020 dan Rp 27.625 per lembar.

Di tengah pandemi corona, saham sektor farmasi bergerak ke zona hijau. Harga saham (INAF) misalnya, naik 30,12% menjadi Rp 1.080 per lembar. Akan tetapi, harga saham Kimia Farma (KAEF) turun tipis 0,3%.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi sempat menyampaikan, IHSG terkoreksi karena beberapa hal. Pertama, kondisi global terutama penyebaran virus corona yang kian meningkat.

(Baca: Nasabah hingga Ekonom Apresiasi Pembayaran Polis Jatuh Tempo Jiwasraya)

"Tidak hanya secara umum, informasi soal corona yang spesifik di Indonesia, membuat IHSG jadi tertekan," katanya di Padang, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu (12/3).

Kedua, kasus PT Asuransi Jiwasraya. Namun, Fachri menilai masalah ini mulai menemui titik terang karena Kementerian BUMN menyatakan Jiwasraya berkomitmen untuk membayarkan cicilan polis pada akhir Maret ini.

Ketiga, proyeksi pertumbuhan ekonomi. "Berita kurang enak lainnya, BI memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi," katanya.

(Baca: Jiwasraya Masih Godok Pembayaran Polis JS Saving Plan Rp 16,3 Triliun)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin