Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengapresiasi kinerja pasar modal dalam negeri yang menduduki peringkat pertama di antara negara berkembang sebagai tujuan investasi paling dipercaya pada 2020. Indonesia mengalahkan negara-negara lainnya seperti Tiongkok, Rusia, Brazil, dan India.
Peringkat tersebut merupakan hasil survei Bloomberg terhadap 57 investor global dan pemain saham. Hasilnya, Indonesia dinilai sebagai “The most preferred emerging market 2020”, menjadi negara yang paling diminati oleh investor di pasar saham maupun istrumen surat utang.
Di pasar saham, Indonesia berada di peringkat nomor satu dan mengalahkan Tiongkok, India, dan Brazil yang berada di urutan kedua hingga empat. Sementara di pasar surat utang, Indonesia juga berada di urutan pertama, mengalahkan Rusia, Meksiko, dan Brazil.
“Kepercayaan yang begitu besar dari berbagai pihak harus kita jaga,” kata Jokowi dalam sambutan pada acara pembukaan perdagangan perdana pasa modal untuk tahun ini yang digelar di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1).
(Baca: Mengenal Omnibus Law, Jurus Pamungkas Pemerintah Menarik Investasi)
Hasil survei Bloomberg tersebut sebelumnya dipamerkan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dihadapan Jokowi pada kesempatan yang sama. Dia menyebutkan capaian itu menandakan masih tingginya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. “Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Wimboh.
Menurut dia, kepercayaan investor tersebut sudah mulai terlihat sejak tahun lalu ketika investor asing mencatatkan beli dengan nilai bersih Rp 49,2 triliun. Padahal, sepanjang 2018, asing melakukan jual dengan nilai bersih Rp 50,7 triliun.
Capaian tersebut, kata Wimboh, merupakan kerja keras dan dukungan berbagai pihak dari pemerintah, Bank Indonesia, dan seluruh pelaku pasar modal. Dengan sinergi kebijakan yang dibangun bersama, kepercayaan investor dan pelaku pasar modal terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengapresiasi catatan positif tersebut. “Itu memberikan suatu keyakinan bahwa Indonesia menuju arah yang baik dan benar,” katanya.
(Baca: Patuhi Jokowi, Sri Mulyani Ungkap Faedah Membasmi Manipulator Saham)
Sri Mulyani ingin reputasi tersebut terus dijaga dan dipertahankan. Untuk bisa terus membangun, Indonesia butuh aliran modal masuk atau capital inflow dari internasional maupun masyarakat dalam negeri.
“Modal-modal ini yang akan menggerakkan ekonomi, sesuai dengan kebutuhan pembangunan apabila kita menjaga kepercayaan tadi,” kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, pada November kemarin, Asian Development Bank (ADB) menempatkan Indonesia pada peringkat keempat sebagai negara tujuan investasi asing di Asia. Laporan lembaga keuangan dunia itu menyebutkan total investasi asing, termasuk merger dan akusisi perusahaan, di Indonesia mencapai US$ 42,6 miliar sepanjang 2018. Perhatikan grafik pada Databoks berikut ini:
Jumlah tersebut meningkat 226 % dari total investasi asing pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini ditopang oleh investasi dari Tiongkok di sektor energi terbarukan hingga US$ 22 miliar. Kemudian, Korea Selatan dan Jepang menduduki posisi berikutnya dengan penanaman modal masing-masing sebesar US$ 6 miliar dan US$ 3,7 miliar.