Analis: Waspada Saham Blue Bird yang Meroket karena Isu Akuisisi Gojek

Arief Kamaludin|Katadata
Ilustrasi, taksi Blue Bird. Saham Blue Bird meroket hingga 27,1% setelah isu Gojek bakal mengakuisisi 5% saham perusahaan tersebut. Analis menyarankan pelaku pasar waspadai saham emiten tersebut karena rentan terkoreksi.
18/12/2019, 08.26 WIB

Saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) meroket hingga 27,1% dalam sepekan terakhir hingga ditutup di level Rp 2.720 per saham pada penutupan perdagangan Selasa (17/12). Pergerakan harga saham tersebut dipengaruhi oleh isu Gojek yang berencana mengakuisisi Blue Bird.

Kabar tersebut pertama kali mencuat setelah Bloomberg pada Senin (16/12) menulis laporan bahwa Gojek akan membayar sekitar Rp 420 miliar untuk membeli 5 persen saham perusahaan berkode emiten BIRD tersebut. Harga yang ditawarkan Gojek terbilang premium sehingga menjadi kabar yang baik bagi pelaku pasar modal.

Gojek menghargai Blue Bird dengan nilai sekitar US$ 600 juta atau setara Rp 8,4 triliun. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar perusahaan taksi tersebut per hari ini senilai Rp 6,81 triliun di mana saham Blue Bird yang beredar sebanyak 2,5 miliar saham.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan saham Blue Bird menjadi menarik di mata investor karena Gojek memiliki ekspektasi terhadap harga saham Blue Bird ke depannya.  "Karena kalau ada pemegang saham baru yang masuk untuk membeli dengan harga premium, tentu ekspektasi pasar tinggi pada transaksi itu," kata Alfred kepada Katadata.co.id, Selasa (17/12).

Alfred pun menilai perusahaan layanan on demand  tersebut bakal masuk sebagai pemegang saham, bukan hanya sebagai investor secara finansial saja. Lebih dari itu, Gojek dinilai bisa menjadi investor strategis bagi Blue Bird karena bisa memberikan nilai tambah kepada perusahaan tersebut.

Di pasar domestik, Gojek dinilai memiliki jaringan online yang cukup kuat sehingga bisa berkolaborasi dengan Blue Bird yang memiliki armada taksi yang banyak. "Beberapa program Blue Bird untuk masuk ke online, seperti MyBird, tidak begitu cukup signifikan mendongkrak," katanya.

Hanya saja, Alfred belum bisa memprediksi lebih lanjut kabar aksi korporasi tersebut, termasuk rencana Gojek membeli saham eksisting atau masuk melalui penerbitan saham baru melalui  right issue alias Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

(Baca: Go-Jek Kembali Dikabarkan Bakal Caplok Saham Blue Bird)

Sedangkan Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan kepemilkan saham Gojek sebesar 5 persen pada Blue Bird tidak akan berpengaruh secara signifikan. "Mungkin mereka punya bisnis deal. Tapi, punya saham hanya 5 persen, belum bisa ubek-ubek itu perusahaan," katanya.

Meski begitu, Liza menilai kedua perusahaan tersebut bisa saling mendukung secara sistem karena keberadaan transportasi online saat ini dianggap bisa mengancam keberadaan transportasi konvensional. Dengan masuknya Gojek sebagai pemegang saham, maka ada peluang bagi Blue Bird meningkatkan penghasilan.

Untuk pelaku pasar saham, Liza memprediksi harga saham Blue Bird secara teknikal berpotensiberada di harga Rp 3.300 per saham. Meski begitu, Liza memberikan saran bagi pelaku pasar agar berhati-hati karena saham emiten tersebut berpotensi terkoreksi sewaktu-waktu.

"Saya tidak sarankan masuk di sini karena perilaku pasar adalah sell on news. Jadi ketika berita keluar, investor baru masuk, ibarat cuci piring, telat," katanya.

Lebih lanjut Liza mengatakanharga saham Blue Bird bisa dibeli jika sudah menyentuh harga antara Rp 2.500 per saham hingga Rp 2.400 per saham. Jika ingin membeli saham Blue Bird saat ini, dia menyarankan untuk membeli sebesar 20 persen dari total alokasi dana investor untuk berjaga-jaga.

Harga saham Blue Bird dalam dua hari terakhir sebenarnya ditutup terkoreksi. Pada perdagangan Senin (16/12), harga saham Blue Bird ditutup terkoreksi 4,84% sedangkan pada penutupan perdagangan kemarin kembali turun 1,09%. Namun, pada Kamis (12/12) lalu, sahamnya meroket sebesar 10,27% dan terus naik pada hari berikutnya sebesar 17%.

(Baca: Fintech DANA Gandeng Blue Bird dan Rilis Layanan Paylater)

Kehadiran layanan transportasi online berdampak negatif terhadap kinerja taksi konvensional. Tarif yang lebih murah serta mudahnya menggunakan moda transportasi berbasis internet tersebut membuat masyarakat beralih menggunakan jasa transportasi online seperti Gojek dan Grab.

Dua emiten taksi konvensional yang telah melantai di bursa mengalami penurunan pendapatan sejak 2016, pasca booming-nya layanan transportasi online. Berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan, pendapatan PT Blue Bird Tbk pada 2017 mengalami penurunan 12,35% menjadi Rp 4,2 triliun. Demikian pula laba PT Express Transindo Utama hingga triwulan ketiga 2017 anjlok lebih dari 58% menjadi Rp 213,6 miliar.

Adapun laba Blue Bird (BIRD) pada 2017 menyusut 16,2% menjadi Rp 424,9 miliar dari tahun sebelumnya. Sedangkan kerugian perusahaan taksi Express (TAXI) hingga September 2017 meningkat menjadi Rp 210,4 miliar dari periode sebelumnya hanya Rp 81,8 miliar. 

Data selengkapnya terkait kinerja keuangan perusahaan taksi dari 2011 hingga 2017 dalam grafik Databoks berikut ini:

Reporter: Ihya Ulum Aldin