Saham Perbankan Seret IHSG Turun 0,74 % di Tengah Hijaunya Bursa Asia

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Aktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (6/11) berakhir dengan koreksi sebesar 0,74% ke level 6.217,54. Koreksi IHSG terutama disebabkan oleh saham sektor keuangan yang turun 1,6%.
Penulis: Happy Fajrian
6/11/2019, 18.20 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG)  terkoreksi 46,61 poin atau 0,74 % ke level 6.217,54 pada penutupan perdagangan saham Rabu (6/11). IHSG mengawali perdagangan hari ini dari level 6.273,92 pada pembukaan dan sempat naik ke level 6.274,29.  Setelah itu IHSG masuk zona merah hingga perdagangan berakhir sore ini.

Pada akhir sesi I IHSG berada pada level 6.235,44 atau turun 0,46%. Memasuki sesi II IHSG terpuruk hingga ke level 6.198,49 atau turun 1,05%.

Total transaksi saham hari ini tercatat mencapai Rp 9,37 triliun dari 16,57 miliar saham yang ditransaksikan sebanyak 564.151 kali oleh investor. Sebanyak 284 saham turun, 134 saham naik, dan sisanya stagnan.

Koreksi IHSG hari ini terutama disebabkan oleh saham-saham di sektor keuangan yang terkoreksi hingga 1,60%. Empat saham bank menempati lima besar saham-saham yang paling signifikan menarik turun IHSG, bersama dengan saham  Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang turun 1,9%.

(Baca: IHSG Diramal Lanjutkan Kenaikan, Saham Tambang Banyak Direkomendasi)

Koreksi pada sektor keuangan dipicu oleh aksi ambil untung investor setelah pada perdagangan kemarin sektor ini melesat naik hingga 1,94% yang didorong oleh saham-saham perbankan. Tekanan terutama bersumber dari investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) saham hingga Rp 401,78 miliar di seluruh pasar.

Keempat saham bank yang paling signifikan menarik turun IHSG yaitu saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang turun 3,26% ke level Rp 4.160 per saham, kemudian Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,12% ke level Rp 6.975, Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,02% ke level Rp 31.475, dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,91% ke level Rp 7.500.

Sementara itu saham-saham tersebut juga menjadi saham yang paling banyak dijual investor asing, kecuali BBCA. Saham Telkom paling banyak dilepas asing hingga Rp 147,8 miliar, diikuti BRI Rp 121,2 miliar, kemudian Bank Mandiri Rp 79,2 miliar, serta BNI Rp 58,4 miliar.

Bursa Asia Menghijau

Berkebalikan dengan IHSG, mayoritas bursa saham Asia mengakhiri perdagangan hari ini pada level yang lebih tinggi. Indeks Strait Times naik 0,43%, Hang Seng naik tipis 0,02%, Nikkei naik 0,22%, dan Kospi naik 0,07%. Hanya indeks Shanghai Composite yang senasib dengan IHSG dengan koreksi 0,43%.

(Baca: Transformasi ke Digital, BCA Bakal Suntik Modal Bank Royal Rp 700 M)

Dorongan terhadap bursa saham Asia berasal dari optimisme investor dengan kian dekatnya penandatanganan perjanjian dagang tahap pertama antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu Tiongkok dikabarkan tengah berupaya agar AS mau membatalkan kenaikan tarif pada 1 September 2019 sebagai bagian dari kesepakatan tahap 1.

Di saat yang sama investor dan pelaku pasar keuangan juga berharap kedua negara dapat membatalkan kenaikan tarif yang ditetapkan sebelumnya. Namun belum ada kejelasan terkait kapan kesepakatan dagang tersebut akan ditandatangani oleh pemimpin kedua negara.

Tidak hanya bursa saham Asia, pasar saham global telah merespon positif perkembangan dari perang tarif AS dan Tiongkok. Namun analis memprediksi kenaikan pasar saham kedepannya akan terbatas seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lemah.

“Optimisme kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok telah mendongkrak pasar saham global, tapi dengan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan tetap lemah, kami perkirakan kenaikan harga saham akan lebih terbatas,” kata analis Capital Economics, Simona Gambrani dilansir dari Reuters.

(Baca: Rupiah Melemah ke 14.022 per Dolar AS Tertekan Data Non Manufaktur AS)