Sesi I IHSG Turun 0,7%, Sempat Masuk ke Level 5.000

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Layar pergerakan IHSG. IHSG sesi I siang ini terkoreksi 0,70% ke level 6.012,99. IHSG sempat turun ke level 5.000, tepatnya di 5.997,69.
Penulis: Happy Fajrian
3/10/2019, 13.50 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi I siang ini, Kamis (3/9), turun 42,43 poin atau 0,7% ke level 6.012,99. Bahkan pagi ini IHSG sempat masuk ke level 5.000 tak lama setelah perdagangan bursa dimulai, tepatnya ke level 5.997,69.

Ini kali kedua IHSG masuk ke level 5.000 sepanjang tahun ini. Sebelumnya, pada pertengahan Mei 2019, IHSG sempat turun hingga ke level 5.826,87. Namun empat hari berselang IHSG kembali ke level 6.000 tepatnya di 6.032,69.

Total transaksi saham pada sesi I tercatat sebesar Rp 4,64 triliun dari 11,46 miliar saham yang ditransaksikan sebanyak 284.443 kali oleh investor. Sebanyak 285 saham mengalami penurunan, 101 saham naik dan sisanya stagnan.

Namun, tidak hanya IHSG yang memerah pada hari ini. Seluruh bursa saham Asia siang ini kompak bergerak di zona merah dengan koreksi yang cukup dalam. Seperti indeks Strait Times yang turun 0,97%, Shanghai turun 0,92%, Hang Seng turun 0,52%, Nikkei anjlok 2,04%, serta Kospi turun 1,95%.

(Baca: Empat Hari Terkoreksi, IHSG Hari ini Berpotensi Turun di Bawah 6.000)

Baik IHSG dan bursa Asia seluruhnya merespon sentimen dari Wall Street, Amerika Serikat (AS). Tiga indeks utama AS kemarin ditutup dengan koreksi cukup dalam. Dow Jones turun 1,86%, S&P 500 turun 1,79%, dan Nasdaq turun 1,56%.

Jatuhnya Wall Street merespon rilis data aktivitas manufaktur AS yang mengalami penurunan. Penurunan tersebut  terlihat dari ISM Manufacturing Purchasing Manager’s Index (PMI) September yang berada di angka 47,8.

ISM Manufacturing PMI tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir, tepatnya sejak Juni 2009. Sebagai informasi angka Manufacturing PMI di bawah 50 menunjukkan adanya penurunan aktivitas industri manufaktur, sedangkan di atas 50 menunjukkan ekspansi.

Tidak hanya di AS, sejumlah negara lainnya di dunia juga Manufacturing PMI-nya berada di bawah ekspektasi, termasuk di Indonesia dengan Markit Manufacturing PMI September di angka 49,1, atau hanya naik sedikit dibandingkan periode Agustus di angka 49,0.

(Baca: Harga Saham Bank BUMN Rontok Akibat Melambatnya Kredit pada Agustus)

Turunnya aktivitas industri manufaktur di berbagai negara di dunia ini disebabkan perang dagang AS-Tiongkok yang berkepanjangan dan belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat. Bahkan AS sempat mengancam akan menendang perusahaan Tiongkok yang melantai di bursa AS.

Turunnya IHSG pada sesi I ini diikuti dengan dana asing yang keluar dari bursa sebesar Rp 432 miliar. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI) menjadi dua saham yang paling banyak dijual investor asing, masing-masing sebesar Rp 181,4 miliar dan Rp 136,6 miliar.