Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, kenaikan penjualan karena beberapa faktor, dari mulai loyalitas pelanggan, kualitas produk, hingga kemudahan mendapatkan produk di pasaran. Faktor lainnya, "Kami menyediakan produk dengan harga hemat," kata dia, Selasa (27/8) lalu.

Sedangkan berdasarkan riset pasar Nielsen, volume penjualan rokok dalam negeri pada paruh pertama 2019 sebesar 118,5 miliar batang, turun 8,6% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan tahunan ini lebih dalam dibandingkan semester I 2018 yang sebesar 5,5%.

Harga Saham Murah, Rekomendasi Beli

Meski ada potensi tekanan dari segi volume penjualan, Christine menyatakan pihaknya tetap memberikan status overweight untuk saham HMSP dan GGRM. Ini artinya, saham dianggap prospektif karena berpotensi naik di atas saham acuan pada sektornya.

Terdapat beberapa faktor yang melatar belakangi rekomendasi tersebut di antaranya harga saham kedua emiten yang murah (undemanding valuation). Kemudian, kenaikan anggaran negara untuk kesehatan yang berarti pemerintah akan menghindari kenaikan drastis cukai rokok. “Serta investor yang sudah mengantisipasi kenaikan drastis cukai rokok,” kata dia dalam riset tertulisnya.

Saat berita ini ditulis, harga saham HMSP berada di posisi 2.920, naik 2,46% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Adapun harga saham HMSP berangsur turun setelah menembus Rp 4.000 per saham pada Maret 2019. Harga sahamnya saat ini yang di kisaran Rp 2.700-2.900 per saham, merupakan yang terendah sejak 2015.

(Baca: IHSG Naik Tipis 0,06% Dipimpin Saham Sampoerna dan Unilever)

Di sisi lain, harga saham GGRM berada di posisi Rp 74.525 per saham, stagnan dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Mirip dengan HMSP, harga saham GGRM anjlok tidak lama setelah menembus rekor tertinggi Rp 94.900 per saham pada Maret 2019. Harga sahamnya saat ini yang di kisaran 72.000-76.000 per saham merupakan yang terendah sejak November 2018.

Halaman: