Mayoritas indeks di bursa saham Asia tertekan di tengah perang dagang yang terus berlanjut antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergerak di zona merah sepanjang perdagangan Rabu (12/6) ini.
Saat berita ini ditulis, indeks Hang Seng di Hong Kong tercatat anjlok 1,82%, CSI 300 turun 0,55%, Nikkei 225 dan Topix di Jepang turun masing-masing 0,35% dan 0,45%, indeks Kospi di Korea Selatan juga turun 0,14%. Adapun IHSG ditutup melemah 0,56% ke posisi 6.270 pada perdagangan sesi pagi. Investor asing membukukan penjualan bersih Rp 377 miliar.
AS dan Tiongkok bernegosiasi berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan dagang baru, sebelum kemudian berhenti. Trump telah menerapkan tarif untuk produk impor bernilai miliaran dolar dari Tiongkok. Ia mengancam akan menerapkan tarif lebih tinggi yakni 25% untuk produk impor lainnya yang bernilai US$ 300 miliar, kecuali Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu dengannya saat forum G20 mendatang.
(Baca: Katadata Market Index: IHSG pada Juni Bearish Imbas Perang Dagang)
“Perdagangan masih sangat menjadi tantangan karena ketidakpastiannya,” kata Chief Equity Strategist Bloomberg Intelligence Gina Martin Adams seperti dikutip Bloomberg, Rabu (12/6). “Tidak ada yang betul-betul tahu bagaimana menghitung risiko perang dagang karena tidak mengetahui ke mana arahnya,” kata dia.
Selain perang dagang, pelaku pasar mulai mengantisipasi penurunan bunga acuan AS seiring tanda-tanda pelemahan ekonomi di negara tersebut. Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menyatakan pihaknya memantau dampak perang dagang yang belum segera berakhir terhadap perekonomian. Ia pun menyatakan akan mengambil langkah yang selayaknya untuk mencapai target ketenagakerjaan dan inflasi.
Senada, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan perang dagang masih menjadi sentimen yang menekan pasar saham, termasuk IHSG. Menurut dia, ajakan Trump untuk bertemu Xi Jinping akhir bulan nanti tidak akan terjadi.
"Tampaknya masih sebagai angan-angan belaka," kata Nico seperti dalam risetnya pada Rabu (12/6). Namun, Nico menilai penolakan dari Xin Jinping tersebut merupakan hal yang wajar dan Tiongkok memang berhak menolak karena ajakan pertemuan rersebut sebagai bentuk paksaan dari Trump.
(Baca: Di Tengah Ancaman Dagang, Meksiko Rencanakan Pertemuan dengan Tiongkok)
"Bagi Tiongkok sendiri, kenaikan tarif 25% dapat mengakibatkan penurunan hampir 1% pada pertumbuhan Tiongkok pada tahun 2021 jika mereka tidak melakukan apapun," kata Nico.
Untuk perdagangan Rabu ini, secara teknikal, Nico memperkirakan IHSG memiliki peluang penguatan. "Namun, hati-hati karena ada potensi koreksi meskipun kecil," kata dia. Perkiraannya, IHSG akan diperdagangkan pada level 6.270 hingga 6.325.
Adapun Katadata Market Sentiment Index (KMSI) memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Juni 2019 masih berada dalam kondisi bearish. Pasar saham domestik masih dibayangi sentimen negatif perekonomian global yang melambat di tengah memanasnya perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.
Berdasarkan model yang dikembangkan Katadata Insight Center (KIC), probabilitas pasar saham untuk bullish pada bulan ini mendekati nol. Hal ini mengindikasikan kondisi bearish yang sudah terjadi sejak awal tahun akan terus berlanjut.