Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,58% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. IHSG berada di level 5.930,2 pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (17/5). Sayangnya, usai 15 menit perdagangan dibuka, IHSG kembali terkoreksi 0,15% menjadi berada di level 5.886,6.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sudah memperkirakan hal tersebut karena secara teknikal, saat ini IHSG masih berpotensi bergerak melemah dan diperdagangkan pada level 5.820-5.910. Menurutnya, sentimen yang bakal mempengaruhi laju IHSG hari ini masih datang dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang kembali memanas pekan ini.
"Pagi ini berita akan datang dari China yang telah menjual kepemilikkan obligasi US Treasury yang tercepat dalam kurun waktu dua tahun," kata Nico dalam risetnya hari ini. Tiongkok sebagai pemilik obligasi US Treasury terbesar, mulai mengurangi kepemilikkannya sedikit demi sedikit. Menurut dia, hal ini akan menjadi salah satu senjata yang dimiliki Tiongkok terhadap perang dagang dengan AS.
(Baca: Empat Hari Berturut IHSG Anjlok Terkoreksi Lebih dari 1%)
Seperti diketahui, dalam 12 bulan terakhir, kepemilikkan tersebut telah turun sebesar US$ 67,2 miliar atau setara dengan 5,6%. Saat ini, Tiongkok masih memiliki sekitar 7% atau US$ 1,12 triliun dari total utang, di mana sebelumnya telah turun cukup dalam dari sebelumnya 12%.
Kepemilikkan terbesar kedua US Treasury masih ditempati oleh Jepang dengan US$ 1,08 triliun. "Tentu hal ini juga membuat Jepang memiliki peluru ketika berhadapan dengan Amerika Serikat mengenai negosiasi otomotif yang saat ini sedang berlangsung," kata Nico.
Sejalan dengan Nico, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan juga memperkirakan hari ini IIHSG masih bergerak melemah. Secara teknikal, IHSG bergerak di resisten 1 dan 2 yaitu di level 5.973 dan 6.051. Sementara, level support 1 dan 2 berada di level 5.853 dan 5.811. Sementara, secara fundamental, IHSG diprediksi melemah dengan sentimen perang dagang AS-Tiongkok.
"Sentimen perang dagang yang masih panas akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Pelemahan beberapa hari terakhir sudah masuk area oversold, sehingga ada kemungkinan mengalami teknikal rebound dalam jangka pendek," kata Dennies dalam risetnya.
Dari dalam negeri, Nico menilai pejabat Bank Indonesia cemas dengan potensi yang terjadi akibat dampak dari perang perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok. Bank Indonesia sendiri melihat GDP akan berada di kisaran 5 – 5,4%, dengan Current Accout Deficit berada di 2,5% - 3% dari GDP untuk tahun 2019.
Prioritas utama Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas di tengah tekanan negatif pada defisit perdagangan. "Namun yang terpenting adalah menjaga stabilitas dari meningkatnya resiko eskternal akibat dari perang dagang saat ini," kata Nico. Selain itu, menurut Nico, fokus utama Pemerintah juga terus berusaha menjaga Current Account Deficit karena hal ini merupakan sesuatu yang sangat rentan bagi rupiah dan Perekonomian.
(Baca: BI Ubah Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan Lebih Tinggi Hingga 3%)
Pada pembukaan perdagangan hari ini, dalam 15 menit awal tercatat volume perdagangan saham sebanyak 2,11 miliar saham dengan nilai transkasi Rp 716,1 miliar. Sayangnya, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih senilai Rp 27,87 miliar dan di pasar reguler, investor asing menjual bersih senilai Rp 44,96 miliar.
Dalam 15 menit awal perdagangan, berdasarkan indeks sektoral, tercatat penurunan tersebsar berasal dari indeks sektor Finansial yang melemah 0,48% termasuk sektor Infrastruktur yang melemah 0,37%. Meski begitu, indeks secara sektoral seperti Tambang dan Agri masing-masing menguat 0,85% dan 0,78%.
Sejauh ini, saham di bursa-bursa Asia bergerak negatif. Hang Seng Index tercatat turun 0,29%, Shanghai Composite Index turun 0,71%, dan Strait Times Index turun 0,46%. Sementara, Nikkei 225 Index tercatat menguat hingga 1,55%.