PT Bank Danamon Tbk (BDMN) bakal membagikan dividen senilai 35% dari laba bersih 2018 setelah pajak. Tahun lalu perusahaan mencatat laba sejumlah Rp 3,92 triliun, jadi pembagian keuntungannya setara Rp 143,22 per lembar saham.
Keputusan tersebut diambil usai perusahaan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan hari ini, Selasa (26/3). Dalam rapat di Menara Danomon, Jakarta, itu, semua sepakat untuk mengalokasikan satu persen laba bersih sebagai cadangan umum.
"Sisa dari laba bersih akan dibukukan sebagai laba ditahan oleh Danamon," seperti dikutip dari siaran pers usai rapat tersebut.
(Baca: Kredit Tumbuh Dua Digit, Danamon Raup Laba Bersih 2018 Rp 3,92 Triliun)
Di waktu bersamaan, Danamon juga menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Rapat itu menyetujui rencana penggabungan usaha antara perusahaan dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (BBNP). Danamon nantinya bertindak sebagai bank hasil penggabungan.
Terkait dengan rencana tersebut, RUPSLB sepakat untuk melakukan perubahan pada susunan dewan komisaris yang berlaku efektif setelah penggabungan usaha. Beberapa posisi yang diganti yaitu Komisaris Utama Ng Kee Choe akan digantikan dengan Takayoshi Futae. Jajaran direksi yang juga masuk agenda rapat, diputuskan tidak ada perubahan susunan.
(Baca: Beberapa Risiko Penggabungan Bank Danamon dan BNP)
Sebelumnya, Danamon telah mendapatkan pernyataan efektif atas rencana penggabungan usaha tersebut dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Maret 2019. Merger kedua bank akan berlaku efektif pada 1 Mei mendatang.
Kedua bank yang sahamnya dikendalikan oleh MUFG Bank Ltd asal Jepang ini diperkirakan menghasilkan bank beraset Rp 186,62 triliun pasca merger. Rencana penggabungan tersebut, akan membuat Bank MUFG menguasai 72,78% saham bank hasil penggabungan tersebut.
(Baca: Merger Danamon dan BNP Hasilkan Bank Beraset Rp 186 Triliun)
Saat ini Bank MUFG memiliki 40% saham Bank Danamon. Selain itu, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. memegang 33,83% saham Bank Danamon. Sementara di BNP, Bank MUFG menguasai 7,91% saham secara langsung, dan sebesar 67,59% melalui anak usahanya, ACOM Co Ltd . Sedangkan PT Hermawan Sentral Investama menguasai 11,54%.