Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,73 triliun sepanjang tahun lalu. Laba bersih WIKA tumbuh 44,1% dari tahun sebelumnya Rp 1,2 triliun seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada 2018 WIKA mencatat pertumbuhan pendapatan (di luar pendapatan kerja saa operasi/KSO) senilai Rp 31,15 triliun. Pendapatan ini tumbuh 19,03% dari yang sebelumnya senilai Rp 26,17 triliun.
(Baca: Menteri Rini Targetkan Laba Bersih BUMN Tahun Ini Tembus Rp200 Triliun)
Direktur Utama WIKA Tumiyana mengatakan penyumbang pertumbuhan pendapatan WIKA pada tahun lalu, sebagian besar masih berasal dari pembangunan sektor infrastruktur dan gedung. Di samping itu, kontribusi terbesar lainnya secara berturut-turut juga dicatat dari sektor energi & industrial plant, industri, dan properti.
Tumiyana mengatakan, peningkatan laba bersih dan penjualan perusahaan didukung oleh penerapan teknologi dan inovasi yang menghasilkan efisiensi pada beberapa proyek WIKA.
Dengan kinerja tersebut, perusahaan optimistis bisa membukukan pertumbuhan baik secara finansial maupun portofolio proyek ke depan. "WIKA telah dipercaya untuk menangani berbagai proyek strategis, sehingga ruang kami untuk berkembang masih sangat luas,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (21/3).
Adapun, margin labanya (NPM) di 2018 tercatat mengalami kenaikan sebesar 6,65% dibandingkan capaian tahun 2017 yang sebesar 5,18%. Grafik kinerja perusahaan juga diperkuat dengan dicatatkannya arus kas operasi sebesar Rp2,72 triliun.
Dengan demikian, aset WIKA per akhir 2018 tercatat Rp59,23 triliun, tumbuh 29,65% dibandingkan posisi aset pada 2017 sebesar Rp45,68 triliun.
(Baca: WIKA Lepas Status BUMN, Bersiap jadi Anak Holding BUMN Perumahan)
Rasio keuangan WIKA tercatat posisi utang berbunga dibandingkan ekuitas perseroan (gross gearing ratio) di level 0,79 kali, dengan batas utang berbunga (debt covenant) sebesar 2,5 kali.
Apabila hutang berbunga dikurangi dengan posisi kas setara kas perusahaan dan dibandingkan dengan jumlah ekuitas, perseroan tercatat berada di posisi -0,02 kali. "Hal tersebut menandakan, WIKA memiliki kas setara kas Rp13,97 triliun yang lebih tinggi dibandingkan dengan total utang berbunga sebesar Rp13,59 triliun," kata Tumiyana.
Sepanjang 2018, WIKA juga tercatat telah menambah portofolio kontrak baru di bidang infrastruktur jalan, bangunan gedung, dan pelabuhan. Hal itu dicapai seiring dengan terpilihnya WIKA untuk menggarap proyek Tol Ruas Pekanbaru – Padang senilai Rp 8,68 triliun, Mixed Used Building Senegal senilai Rp 3,50 triliun, Terminal Kijing Rp 2,49 triliun, dan Terminal & Apron Bandara Sultan Hasanuddin senilai Rp 2,42 triliun.
Target 2019
Sementara untuk tahun ini, perseroan menyatakan optimistis dapat mencapai target laba bersih Rp 3,01 triliun. Target ini meningkat nyaris dua kali dari capaian laba pada 2018.
Pertumbuhan laba akan ditopang oleh penjualan yang diproyeksikan Rp 42,13 triliun hingga akhir 2019, sejalan dengan rencana WIKA untuk berinvestasi lebih agresif pada lini bisnis energi, properti, dan infrastruktur.
Perseroan juga menargetkan bisa meraih kontrak baru sebesar Rp 66,74 triliun atau tumbuh 32% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 50,65 triliun. Untuk mencapai target tersebut, Tumiyana menyampaikan bahwa WIKA pihaknya telah menyiapkan strategi yang terintegrasi.
Dia mengatakan bisnis WIKA pada sektor infrastruktur dan bangunan yang telah ada akan mendukung pertumbuhan pada sektor energi & industrial plant, industri, serta properti.