Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak dimulainya tahun ini akhirnya terhenti pada pekan keenam atau memasuki pekan kedua di Februari 2019. IHSG ditutup terkoreksi sebesar 0,26% ke level 6.521,66 dari level 6.538,64 pada penutupan pekan sebelumnya. Perkembangan perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi sentimen yang membebani pergerakan IHSG dan bursa saham di Asia.
Mengawali pekan keenam, IHSG langsung bergerak turun 0,87% karena investor menghindari risiko menjelang libur tahun baru Imlek pada keesokan harinya. Setelah perdagangan dimulai kembali dua hari kemudian, pada Rabu (6/2) IHSG langsung melesat naik hingga 1,02% di dorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi daripada ekspektasi pasar, walaupun meleset dari asumsi makroekonomi yang ditargetkan pemerintah dalam APBN 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 sebesar 5,17%, sedangkan konsensus pasar sebesar 5,15%. Namun dalam asumsi makroekonomi APBN 2018, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,4%. IHSG kembali tertekan 0,17% pada Kamis (7/2) setelah Bank Indonesia mengumumkan bahwa optimisme masyarakat mengalami penurunan dengan indeks keyakinan konsumen (IKK) Januari 2019 sebesar 125,5, lebih rendah dari periode Desember 2018 sebesar 127,0.
(Baca: Ekonomi Tumbuh, tapi di Bawah Target)
Di pengujung pekan keenam, pergerakan IHSG relatif minim sentimen dari dalam negeri, namun sepanjang pekan tersebut investor kian khawatir dengan perkembangan perundingan dagang antara AS dan Tiongkok yang belum juga menemukan titik temu. Apalagi tenggat waktu gencatan senjata tarif selama 90 hari sejak Desember 2018 akan segera berakhir pada awal Maret 2019. Kekhawatiran eskalasi perang dagang AS-Tiongkok membuat IHSG kembali tertekan sebesar 0,23%.
(Baca: Risiko Eskalasi Perang Dagang, IHSG dan Bursa Asia Kompak Terkoreksi)
Sebelumnya, perundingan dagang yang digelar pada 30-31 Januari 2019 tersebut berjalan dengan positif. Tiongkok dikabarkan telah bersedia meningkatkan impor produk pertanian dari AS. Namun sejumlah isu krusial lainnya seperti pencurian teknologi perusahaan AS oleh Tiongkok serta kebijakan transfer teknologi secara paksa bagi perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok, masih belum dibahas secara serius.
Kendati demikian, Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan bertolak ke Tiongkok pada 1 Maret mendatang untuk bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping, untuk meneken kesepakatan dagang. Namun Trump menyangkal kabar tersebut, sehingga kembali meningkatkan kekhawatiran bahwa AS dan Tiongkok mungkin tidak akan mencapai kesepakatan perdagangan.
Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, koreksi IHSG sepekan kemarin disebabkan karena ada beberapa sentimen negatif dari rilis data perekonomian nasional seperti cadangan devisa dan data defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). "Konsolidasi wajar," kata William.
Pada Kamis (7/2), Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa per akhir Januari 2019 sebesar US$ 120,1 miliar, turun sekitar US$ 600 juta dibandingkan posisi akhir Desember 2018 yang sebesar US$ 120,7 miliar. Penurunan terutama imbas pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sementara itu, CAD pada triwulan IV 2018 tercatat semakin lebar, mencapai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari produk domestik bruto (PDB). Secara nominal, defisit tersebut merupakan yang terbesar sejak triwulan III 2013.
(Baca: Neraca Pembayaran Defisit US$ 7,1 M Tahun Lalu, Mendekati Defisit 2013)
Turunnya kinerja IHSG juga diikuti dengan turunnya nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0,29% menjadi sebesar Rp 7.409 triliun dari Rp7.431 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Rata-rata nilai perdagangan selama sepekan lalu juga mengalami penurunan sebesar 11,55% menjadi Rp8,89 trilliun dari Rp10,04 trilliun pada pekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi transaksi harian BEI juga mengalami koreksi sebesar 7,43% menjadi 440 ribu kali transaksi dari 475 ribu kali transaksi dari pekan sebelumnya. Sedangkan rata-rata volume transaksi harian BEI masih mengalami peningkatan sebesar 4,52% menjadi 13,79 miliar unit saham dari 13,20 miliar unit saham dari pekan sebelumnya.
Investor asing yang mencatatkan penjualan bersih saham sebesar Rp 211,80 miliar melengkapi rapor merah IHSG pada pekan keenam tahun ini. Walaupun sepanjang tahun ini atau year to date (ytd), investor asing masih mencatatkan pembelian bersih saham hingga sebesar Rp 14,30 triliun.