PT Kereta Api Indonesia (Persero) membuka peluang untuk mencari pendanaan melalui beberapa intrumen pada tahun ini. Perusahaan transportasi plat merah ini membutuhkan dana ekternal sekitar Rp 2 triliun.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan, pihaknya membuka peluang perusahaannya mencari dana dengan skema sekuritisasi aset atau bisa juga dengan menerbitkan obligasi. "(Pendanaan) mungkin itu (sekuritisasi), atau obligasi yang kedua," kata Edi di kantornya, Jakarta, Kamis (10/1).
Seperti diketahui, KAI pernah menerbitkan obligasi pertama mereka pada November 2017 lalu sebesar Rp 2 triliun. Kala itu, obligasi yang mayoritas dananya digunakan untuk pengerjaan proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), mendapat minat yang cukup besar dari para investor. Permintaan akan obligasi ini mencapai Rp 5,2 triliun atau lebih dari 2,5 kali nilai yang ditawarkan.
(Baca: Pertama Sejak Berdiri, Obligasi PT KAI Rp 2 Triliun Diserbu Investor)
Kesuksesan tersebut sebenarnya ingin diulangi lagi pada tahun berikutnya. Pada Januari 2018, KAI mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk kembali menerbitkan surat utang, juga senilai Rp 2 triliun. Namun, penerbitan instrumen utang ini batal terlaksana.
Untuk rencana penerbitan tahun ini, Edi belum mau menjabarkan secara detail dana tersebut digunakan untuk apa. Namun, dari rencana penerbitan obligasi batal terlaksana tahun lalu, KAI sebenarnya telah memiliki rencana untuk meremajakan 886 kereta dan penambahan beberapa kereta baru. "Buat tahun lalu, yang obligasi itu kan berjalan, Rp 2 triliun, buat ganti kereta," kata Edi menambahkan.
Seperti diketahui, keterbatasan armada membuat target jumlah penumpang kereta api tahun ini hanya naik sekitar 2,5% dibandingkan jumlah penumpang kereta api pada 2018 yang mencapai 424,68 juta penumpang, atau hanya naik menjadi 435,49 juta penumpang. "(Jumlah penumpang) naik 2,5% karena tergantung ketersediaan armada dan prasarana yang kami miliki," ujar Edi.
KAI sendiri menargetkan pendapatan usaha tahun ini sekitar Rp 23,5 triliun atau tumbuh sekitar 18% dari capaian pendapatan 2018 sekitar Rp 19,9 triliun. Namun dengan kenaikan jumlah penumpang hanya 2,5%, kemungkinan target tersebut lebih banyak didorong oleh kenaikan volume angkutan barang KAI yang diperkirakan naik 13,7% dari 40 juta ton pada 2018 menjadi 45,5 juta ton barang.
(Baca: KAI Targetkan Jumlah Penumpang Tahun Ini Capai 435 Juta Penumpang)