Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan, rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) anak usaha perusahaan pelat merah tak akan terealisasi sesuai rencana. Ini disebabkan proses pengembangan anak usaha BUMN yang masih memerlukan waktu agar menarik minat investor internasional.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan setelah melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait, dia memutuskan hanya akan ada sekitar 3 anak usaha BUMN yang melakukan IPO tahun ini. Padahal rencana awalnya ada sebanyak 9 anak usaha BUMN yang akan dilepas sahamnya tahun ini.
Meski begitu, dia masih akan mendorong anak usaha BUMN lainnya untuk bisa IPO secepatnya. "Tahun ini mungkin maksimum 3 anak perusahaan BUMN," ujar Rini saat ditemui di Kantor Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (20/7). (Baca: Belum Siap, IPO Sembilan Anak Usaha BUMN Mundur ke Akhir 2017)
Alasan batalnya IPO 9 anak usaha BUMN karena kementerian ingin anak-anak usaha BUMN melakukan pembenahan lebih dahulu, agar investor lebih tertarik membeli sahamnya. Rini ingin investor yang nantinya akan membeli saham perusahaan-perusahaan tersebut bukan berasal dari pihak domestik, melainkan pihak internasional.
Lebih lanjut, Rini memastikan anak usaha BUMN yang akan melakukan penawaran saham perdana adalah PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia. Alasannya, beberapa investor asing sudah menyatakan minat akan membeli saham perusahaan tersebut, terutama perusahaan penerbangan internasional.
"Jadi seperti maintenance pesawatnya, mereka ke kami. Jadi kami ada pembicaraan dengan beberapa airlines juga," ujarnya. Dia yakin investor tersebut bisa mengembangkan bisnis GMF. Kemungkinan GMF akan mencari modal sebesar Rp 1 triliun dengan melepas sahamnya ini. Namun, rencana tersebut masih dibicarakan dengan bank investasinya.
(Baca: September, Anak Usaha Garuda Lepas 15-30 Persen Saham ke Publik)
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pahala N. Mansyuri mengatakan, rencana penawaran saham perdana GMF ini akan dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2017. Saat ini persiapannya mencakup proses dokumentasi, proses legal, dan uji kelayakan (due diligence) untuk menentukan berapa besar dana yang diperlukan. "Termasuk nanti kami melakukan registrasi yang akan dilakukan bulan Agustus 2017," ujar Pahala
Selain batalnya rencana IPO 9 anak usaha BUMN, target waktu aksi korporasi ini pun juga mengalami kemunduran. Beberapa IPO anak usaha BUMN yang ditargetkan terealisasi pada Semester-I 2017 kemungkinan baru terealisasi menjelang akhir tahun ini.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K. Ro menjelaskan, anak usaha dari PT Pelindo II (Persero) yaitu PT Jasa Armada Indonesia yang ditargetkan melantai pertama kali masih membutuhkan waktu tambahan. Jasa Armada menggunakan buku April untuk melepas saham perdana. "Tidak ada (di semester I 2017), semuanya di semester II," ujar Aloysius.
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Massasya menyatakan saat ini pihaknya masih melakukan finalisasi rencana IPO anak usahanya tersebut. "Kami harapkan Triwulan IV 2017, bisa Oktober atau November," ujar Elvyn. Pelindo II akan melepas sekitar 20 persen saham anak usahanya dengan target mendapatkan dana segar Rp 2 triliun.
(Baca: Cari Modal Rp 3 Triliun, BRI Syariah IPO Tahun Depan)