Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan pertama pekan ini, Selasa (26/5), setelah libur panjang merayakan Idul Fitri 1441 H. Pada perdagangan terakhirnya, Rabu (20/5) pekan lalu, IHSG ditutup turun tipis 0,06% menjadi di level 4.545,95.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan memperkirakan, IHSG hari ini bergerak menguat dengan resistance di rentang level 4.565-4.584. Sementara, level support pertama diprediksi 4.524, dan support kedua diprediksi di level 4.502.
"Namun, pergerakan IHSG diperkirakan akan cukup terbatas dibayangi banyaknya ketidakpastian dari dampak virus corona atau Sovid-19," kata Dennies, dalam risetnya.
Beberapa saham yang direkomendasikan oleh Dennies pada perdagangan hari ini antara lain, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Selain itu, investor juga bisa mencermati saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Prediksi penguatan juga diutarakan Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama. Ia menilai, berdasarkan analisis teknikal pergerakan IHSG menunjukkan potensi penguatan. Hari ini, pergerakan IHSG diprediksi berada pada rentang level 4.466-4.667.
Adapun, sejumlah saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Meski ada indikasi penguatan, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG bakal tertekan sebelum akhirnya rebound di penghujung pekan ini.
(Baca: Dolar AS Menguat Dipicu Hubungan AS-Tiongkok yang Kembali Memanas)
Ia memperkirakan, support pertama dan kedua IHSG sepekan ini berada di level 4.460 dan 4.317. Sementara, resistance pertama dan kedua IHSG diprediksi di level 4.609 dan 4.726.
"Melihat sebagian besar sentimen pasar yang ada relatif negatif di tengah terkoreksi pasar saham dunia pada saat pasar Indonesia libur, kami perkirakan IHSG akan cenderung konsolidasi melemah di awal pekan," katanya.
Beberapa sentimen negatif yang dimaksud oleh Hans, seperti rencana undang-undang keamanan nasional baru Tiongkok yang membuat Beijing punya kontrol yang lebih besar pada Hong Kong. RUU ini ditentang Amerika Serikat (AS) dan berpotensi menimbulkan perang dingin kedua negara.
Tensi kedua negara berpotensi semakin meningkat, karena tuduhan Presiden AS Donald Trump terkait ketidakmampuan Tiongkok mengatasi pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia.
Hubungan kedua negara, semakin panas setelah RUU yang disetujui Senat AS terkait peningkatan pengawasan terhadap perusahaan Tiongkok. Menurutnya, ini adalah sentimen negatif di pasar keuangan dan kemunduran dalam perkembangan pasar modal dunia khususnya AS.
Meski begitu, ada angin segar yang menjadi katalis positif seperti pelonggaran bertahap lockdown oleh sebagian negara bagian AS dan negara-negara dunia. Tetapi kekhawatiran gelombang kedua menjadi perhatian pasar meski sejauh ini tidak ditemukan tanda-tanda gelombang kedua Covid-19.
"Beberapa pekan ke depan menjadi periode penting bagi pasar keuangan dunia, karena pelaku pasar akan mencermati apakah pelanggaran lockdown mampu mengembalikan daya beli dan ekonomi kembali normal sebelum pandemi covid 19," kata Hans.
(Baca: Trump Peringatkan Tiongkok soal UU Keamanan Nasional Hong Kong)