Sewindu Merugi, Krakatau Steel Akhirnya Cetak Laba Rp 1 Triliun

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi. Krakatau Steel berhasil membukukan laba bersih pada kuartal I 2020 seiring beban operasional perusahaan yang turun.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
29/5/2020, 11.50 WIB

PT Krakatau Steel Tbk akhirnya membukukan keuntungan setelah 8 tahun terakhir merugi. Pada kuartal I 2020, emiten berkode KRAS ini mengantongi laba bersih US$ 74,14 juta atau setara Rp 1 triliun mengacu kurs Rp 14.500 per US$. 

"Perseroan telah melakukan beberapa langkah perbaikan bisnis yang telah dilakukan sejak 2019 dan hasilnya mulai terlihat pada kuartal I 2020 ini," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam siaran persnya, Jumat (29/5).

Catatan positif ini sebenarnya tidak sejalan dengan kinerja pendapatan perusahaan pada tiga bulan pertama tahun ini yang turun. Krakatau Steel mencatatkan pendapatan bersih senilai US$ 311,18 juta pada kuartal I 2020, turun hingga 25% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 418,98 juta.

Penurunan pendapatan ini terjadi pada penjualan produk baja, baik di dalam negeri maupun ekspor. Di dalam negeri, Krakatau Steel menjual baja senilai US$ 248,19 juta, turun hingga 29% secara tahunan dari US$ 349,59 juta. Sementara dari sisi ekspor, perusahaan mengantongi pendapatan senilai US$ 6,97 juta, turun hingga 58% dari US$ 16,69 juta.

(Baca: Pemerintah Beberkan Alasan Suntikan Dana Jumbo ke BUMN)

Adapun penjualan baja pada beberapa sektor usaha pada kuartal I 2020 masih tercatat tumbuh secara tahunan. Pada sektor real estat dan perhotelan misalnya, penjualan baja tumbuh 21,5% menjadi US$ 4,7 juta. Lalu, pada rekayasa dan konstruksi naik 14% menjadi US$ 7,4 juta. Begitu juga jasa pengelolaan pelabuhan yang naik 5,8% menjadi US$ 19,56 juta.

Meski pendapatan bersih Krakatau Steel turun, perusahaan berhasil menekan beban pokok pendapatan yang menjadi kunci raihan laba di tiga bulan pertama tahun ini. Total beban yang ditanggung perusahaan turun 37% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 407,23 juta menjadi US$ 257,08 juta.

Banyak efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan yang bermarkas di Cilegon ini, salah satunya pada biaya-biaya produksi baja. Pada tiga bulan pertama tahun ini, komponen biaya tersebut tercatat turun 30% menjadi US$ 159,64 juta.

Penurunan komponen biaya tersebutm terutama terjadi pada biaya pemakaian bahan baku sebesar 27% menjadi US$ 119,64 juta. Lalu, biaya pabrikasi turun 39,9% menjadi US$ 30,43 juta. Biaya upah langsung juga turun hingga 29,5% menjadi US$ 9,57 juta.

Dalam laporan keuangan Krakatau Steel Kuartal I 2020 dijelaskan bahwa efisiensi antara lain dilakukan dengan memberhentikan operasional sejumlah pabrik milik BUMN tersebut. Pabrik yang dimaksud seperti pabrik Blast Furnace, pabrik DR, dan pabrik Wire Rod Mill.

Strategi efisiensi lainnya melalui efisiensi proses produksi dan optimalisasi kapasitas produksi. Program yang dilakukan adalah meningkatkan overall equipment effectiveness dengan cara memperbaiki produktivitas dan rasio hasil produksi.

"Salah satu hasil positif yang dicapai Perseroan adalah penurunan biaya operasi (operating expenses) induk turun 31% menjadi US$46,8 juta dibandingkan periode yang sama di tahun 2019," kata Silmy.

Meski demikian, kondisi di kuartal II 2020 diperkirakan tak akan sebaik kuartal lalu lantaran kondisi pasar baja yang melemah hingga 50% akibat tekanan pandemi Covid-19. "Hal ini jika berlanjut terus menerus maka diperkirakan akan berdampak pada kinerja di 2020," ujarnya.

Reporter: Ihya Ulum Aldin